Sosiolog UGM: Konsolidasi Negara Lemah Merespons Bencana Skala Besar

1 hour ago 1

Keluarga menunggu proses evakuasi kerabatnya yang menjadi korban bencana tanah longsor di Aek Manis, Sibolga, Sumatera Utara, Jumat (5/12/2025). Bencana tanah longsor di Aek Manis, Sibolga menewaskan 43 orang warga. Di hari kesembilan proses evakuasi, 42 jenazah korban telah berhasil ditemukan, sedangkan satu jenazah warga lainnya masih dalam pencarian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banjir besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November silam, kembali menunjukkan betapa rentannya masyarakat ketika cuaca ekstrem berlangsung berhari-hari. Banyak wilayah berubah menjadi zona darurat dalam waktu singkat dan memaksa warga bergerak cepat menyelamatkan diri. 

Kondisi ini dinilai memperlihatkan bahwa bencana hidrometeorologi membawa dampak sosial yang jauh lebih dalam dari sekadar genangan air. Peristiwa ini mengingatkan bahwa krisis cuaca kini menuntut respons sosial yang jauh lebih kuat dan terkoordinasi. 

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Arie Sujito menyebut banjir besar ini sebagai pertanda serius bahwa tata kelola risiko belum berjalan sebagaimana mestinya di berbagai daerah. Ia menilai ancaman perubahan iklim dan kerusakan ekologi makin nyata dan tidak bisa dipandang remeh. Situasi ini memperlihatkan lemahnya konsolidasi negara dalam merespons bencana berskala besar. 

“Ini menunjukkan tantangan serius konsolidasi negara dan ancaman kerusakan ekologi,”kata Arie, dalam keterangan tertulis, Jumat (5/12/2025). 

Menurut dia, masyarakat Sumatera memiliki pengalaman panjang dalam menghadapi bencana, termasuk solidaritas komunitas yang tumbuh secara alami. Namun, ia melihat banyak kelompok yang berada dalam posisi rentan karena kondisi ekonomi dan lokasi tempat tinggal. 

Warga yang hidup di bantaran sungai atau kawasan sempadan sering kali tidak memiliki pilihan selain tetap tinggal di area rawan. Ketika bencana datang, mereka mengalami dampak yang jauh lebih berat. “Banyak warga dengan keterbatasan ekonomi yang tinggal di pinggiran sungai menjadi kelompok paling rentan,”ujar dia.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |