Siasati Tarif Trump, Kadin Dorong Ekonomi Daerah dan Kolaborasi dengan China

4 hours ago 2

Siasati Tarif Trump, Kadin Dorong Ekonomi Daerah dan Kolaborasi dengan China

Kadin Dorong Ekonomi Daerah dan Kolaborasi dengan China. (Foto: Okezone.com)

JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi daerah untuk merespons kebijakan tarif impor yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Selain itu,  Indonesia mesti konsisten dalam menjalankan rencana yang dirancang karena masih banyak peluang, khususnya dalam memperkuat ekonomi domestik dan meningkatkan kemitraan strategis, terutama dengan China.

Tingkatkan Ekonomi Daerah

Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengatakan, perlu pengembangan ekonomi daerah untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional, contohnya dengan memaksimalkan potensi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menurutnya, NTT menjadi salah satu spot pariwisata dengan keindahan alam yang luar biasa. Ditambah lagi potensi ekonomi birunya, menjadikan NTT sebagai wilayah yang memiliki prospek ekonomi begitu cerah jika diberdayakan dengan maksimal.

"Saya lihat ialah bagaimana kita bisa mengembangkan regional economics. Contoh saja, NTT. Ini kalau teman-teman tahu NTT ini (selain) Labuan Bajo, dia punya juga banyak tempat-tempat yang bagus (misalnya) di Rote, Alor," kata Anindya dalam acara HSBC Summit 2025 yang berlangsung pada Selasa (22/4/2025).

"Namun, dana gabungan dari APBD dan retribusi hanya mencapai Rp5 triliun, tidak besar. Sisanya itu kalau kita lihat bahwa dia mendapatkan barang dari luar NTT itu Rp59 triliun, lalu produksi keluar provinsi Rp7 triliun. Jadi setiap tahun ada Rp52 triliun yang mereka konsumsi, termasuk air putih," lanjutnya.

Anindya pun menyebut bahwa kolaborasi antara Kadin, investor lokal, dan asing sangat penting untuk menciptakan ketahanan ekonomi di daerah seperti NTT. Salah satu sektor yang memungkinkan untuk digali potensinya adalah perikanan, terutama lobster.

"Kita melihat bahwa fisheries itu sangat besar. Nah ini nyambung sekali dengan kunjungan misalnya waktu itu Vietnam datang bersama Sekretaris Partai Komunisnya di sini. Nah salah satu yang dibicarakan adalah mengenai fisheries atau dalam hal ini lobster," ucap Anindya.

"Nah selama ini banyak yang ekspor, banyak yang illegal juga, ada yang legal juga ia benur daripada lobster. Nah bisa bayangkan lobster ini, ini huge market di dunia. Kita bisa memastikan bahwa jangan kita ekspor, malah kita ajak teman-teman dari Vietnam untuk mengembangkan misalnya di Nusa Tenggara Timur, lalu kita bisa ekspor kepada pasar Amerika," imbuhnya.

Lebih lanjut, Anindya menyatakan pentingnya strategi baru dalam menghadapi dinamika perdagangan global. Menurutnya, selain memperkuat neraca perdagangan, Indonesia juga perlu mendorong investasi di sektor hilir seperti pengalengan hasil laut, termasuk di pasar Amerika.

"Kita mesti berpikir outside the box, karena kita ini kan adalah entrepreneurs. Entrepreneurs itu memikirkan bagaimana ya mencoba untuk mensiasati di setiap kondisi," tandasnya.

Kolaborasi dengan China 

Selain itu, lanjut Anindya, Indonesia mesti konsisten dalam menjalankan rencana yang dirancang karena masih banyak peluang, khususnya dalam memperkuat ekonomi domestik dan meningkatkan kemitraan strategis, terutama dengan China.

"Kita mesti juga pantau bahkan lebih serius adalah China. Karena banyak sekali kita kerjasama dengan China, baik perdagangan maupun investasi, dan paling tinggi kan perdagangan dengan China," kata Anindya.

Dia menyebut bahwa Indonesia saat ini menikmati surplus perdagangan sekitar USD2 miliar dengan China, hasil dari industrialisasi yang tumbuh berkat investasi negara tersebut. Untuk menjaga momentum ini, Anindya menyampaikan tiga hal utama yang perlu menjadi fokus.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |