Selain Budak Negro, Apa Saja Upeti Jawa ke Cina?

10 hours ago 6

Lincak 2025-11-03 15:31:25

Pada masa Nabi Muhammad masih hidup, Jawa mengirim upeti ke Cina. Hingga abad ke-9 tercatat beragam upeti dari Jawa yang dikirim ke Cina. Selain budak negro, apa saja upeti dari Jawa ke Cina? Sumber: gunawan kartapranata/wikimedia

Upeti dari Jawa ke Cina, diketahui pertamakali dikirim pada masa Kerajaan Kalingga. Pengiriman upeti itu terjadi pada masa keemasan Dinasti Tang, periode 627-649 Masehi, dimulai sebelum Nabi Muhammad wafat pada 632 Masehi.

Upeti itu sudah dikirim ke Cina sebelum Kalingga memiliki raja yang masyhur sikap adilnya, yaitu Ratu Shima. Ratu Shima naik tahta pada 674, sekitar 42 tahun setelah Nabi Muhammad wafat.

Hingga abad ke-9, Jawa masih diketahui mengirim upeti ke Cina. Pada abad ke-9 itu, seperti diketahui dari catatan zaman Dinasti Tang, budak-budak negro dikirim dari Jawa sebagai upeti. Selain itu apa lagi upeti dari Jawa?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bagaimana pula ceritanya, Jawa bisa mengirim budak negro? Dalam catatanCina zaman Dinasti Tang itu, budak negro itu disebut Zanggi, dari bahasa Persia untuk menyebut Zanzibar.

Zanzibar terletak di wilayah timur Afrika. Tak ada keterangan mengenai cerita orang-orang negro itu bisa ada di Jawa pada abad ke-9 itu. Di Cina, budak-budak negro dikenal bisa menari dan bernyanyi.

Penduduk Kalingga diidentifikasi beragama Hindu/Buddha. Nama Kalingga diduga berasal dari Kaling, India, asal-usul penguasa Kalingga.

Dalam cerita legenda Jawa, diceritakan kedatangan 20 ribu orang Romawi di abad pertama. Mereka meninggal, sehingga dikirim lagi 20 ribu orang di periode kedua masih di abad pertama itu.

Mereka meninggal juga. Ada wabah penyakit yang menyerang mereka, sehingga diutus pangeran dari India, Aji Saka, untuk mengatasi wabah itu. Legenda Jawa menyebut, Aji Saka tiba di Jawa pada tahun 78 Masehi.

Cerita Aji Saka yang kemudian menjadi raja Medang Kamulan, memiliki kaitan dengan munculnya sumur-sumur air asin di Grobogan. Joko Linglung, anak Aji Saka, masih berupa ular naga, diperintahkan untuk mengalahkan Buaya Putih di Laut Selatan.

Buaya Putih merupakan jelmaan dari Prabu Dewatacengkar, raja Medang Kamulan yang dikalahkan oleh Aji Saka. Setelah kalah, Dewatacengkar berubah wujud menjadi buaya putih dan tinggal di Laut Selatan.

Jalur perjalanan bawah tanah Joko Lingkung itulah yang menjadi sumur-sumur berair asin. Catatan Cina masa Dinasti Tang itu, juga menyinggung soal sumur air asin di wilayah Jawa, kendati tidak disebut detail lokasinya.

Fahien, penjelajah Cina abad kelima, berkelana ke India lewat jalur darat. Lalu dari India pulang ke Cina lewat jalur laut, dan Fahiem sempat singgah di Sumatra dan Jawa.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Image

[email protected]

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |