REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Qverse bersama Init-6 Venture Capital sukses menggelar forum diskusi tahunan Quorum 4.0 di Jakarta, dihadiri lebih dari 300 founders, CEO, dan eksekutif perusahaan rintisan dari berbagai sektor. Ajang ini menjadi ruang kolaborasi bagi pelaku usaha untuk membaca arah ekonomi Indonesia di tengah momentum pertumbuhan industri, hilirisasi, dan digitalisasi.
Dalam penyelenggaraan tahun keempat ini, Quorum mengangkat tema “What’s Next For Indonesia: Positioning Emerging Enterprise in The Era of Industrial Growth.” Forum ini menyoroti peran perusahaan emerging enterprise sebagai motor penggerak ekonomi melalui peningkatan produktivitas, penciptaan lapangan kerja, hingga inovasi yang berorientasi pada kualitas hidup masyarakat.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Pemerintah menilai dukungan terhadap pelaku usaha menjadi bagian penting dalam memperkuat daya saing nasional. Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan, Arief Wibisono, yang hadir mewakili Menteri Keuangan, menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah stimulus untuk mendukung iklim bisnis yang inklusif dan progresif.
“Kementerian Keuangan berkomitmen menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif dan berfokus pada inovasi,” ujar Arief.
Diskusi kemudian dilanjutkan oleh McKinsey melalui presentasi riset The Enterprising Archipelago: Propelling Indonesia’s Productivity. Riset tersebut menekankan bahwa peningkatan produktivitas nasional tak hanya bergantung pada financial capital, melainkan juga human capital, institutional capital, infrastructure capital, dan entrepreneurial capital. McKinsey menilai Indonesia perlu membangun organisasi adaptif dan talenta dengan keterampilan berpendapatan tinggi untuk bersaing di level global.
Pada sesi panel terakhir, forum menyoroti penguatan kolaborasi lintas sektor sebagai fondasi pertumbuhan industri nasional. Para panelis menegaskan bahwa sinergi antara regulator, investor, dan pelaku usaha menjadi kunci untuk memastikan percepatan produktivitas nasional berjalan inklusif dan berkelanjutan.
Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menilai Indonesia masih menjadi sorotan investor berkat potensi kelas menengah dan demografi usia produktif yang besar. Menurutnya, momentum tersebut harus dibarengi penguatan fundamental perusahaan.
“Founders harus memiliki bisnis solid, tata kelola transparan, dan kemampuan tumbuh berkelanjutan,” kata Stefanus.
Sementara itu, Ketua Komite Kajian Ekonomi Regional Kadin, Telisa Falianty, menekankan pentingnya konsistensi kebijakan dan kapasitas kelembagaan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. “Kolaborasi lintas lembaga serta investasi infrastruktur menjadi kunci mewujudkan pertumbuhan yang berdaya saing global,” katanya.
Dari perspektif pelaku usaha, Founder Brawijaya Healthcare Group, Amira Ganis, menyampaikan bahwa inovasi dan empati sosial merupakan fondasi bagi keberlanjutan perusahaan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan bisnis diukur dari dampaknya terhadap masyarakat.
“Bisnis tidak hanya tentang valuasi, tapi juga kualitas hidup masyarakat yang meningkat,” ucap Amira.
CEO Qverse, Gena Bijaksana, menutup acara dengan menegaskan pentingnya ekosistem usaha yang kolaboratif. “Pertumbuhan industri harus berjalan bersama kolaborasi dan inovasi yang menciptakan dampak ekonomi dan sosial,” kata Gena.
Founding Partner Init-6, Achmad Zaky, turut menegaskan optimisme serupa. “What’s next for Indonesia bukan hanya soal teknologi atau investasi, tetapi membangun ekosistem bisnis yang kuat dan tangguh,” ujarnya.
.png)
                        7 hours ago
                                3
                    













































