ELSA diprediksi kembali menorehkan kinerja positif pada 2025 seiring proyeksi investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas) yang meningkat.
ELSA diprediksi kembali menorehkan kinerja positif pada 2025 seiring proyeksi investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas) yang meningkat. (Foto: MNC Media)
IDXChannel - PT Elnusa Tbk (ELSA) diprediksi kembali menorehkan kinerja positif pada 2025 seiring proyeksi investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas) yang meningkat. Kondisi tersebut diprediksi mendongkrak kinerja keuangan sehingga sahamnya memiliki potensi dividen yang menarik.
Analis Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani mengatakan, laba inti (core profit) ELSA berpotensi tumbuh 23,8 persen tahun ini, setelah naik 23,4 persen pada tahun lalu. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sejumlah faktor yakni, pertumbuhan investasi dan kegiatan pada sektor hulu migas. Dia memperkirakan pendapatan segmen hulu migas ELSA yang terdiri dari segmen jasa hulu migas dan jasa penunjang migas tumbuh 10,3 persen tahun ini setelah naik 12,8 persen tahun lalu.
Kemudian, pertumbuhan juga akan ditopang dari proyeksi penurunan beban bunga pada tahun ini seiring penurunan suku bunga dan pelunasan utang sukuk, serta peningkatan penyaluran BBM seiring pemulihan segmen otomotif, ekspansi organik, dan volume distribusi segmen industrial marine. Pendapatan dari segmen distribusi dan logistik energi ini diprediksi tumbuh 22 persen tahun ini setelah terkoreksi 3 persen pada tahun lalu.
“Tidak seperti produsen migas lain yang laba bersihnya cenderung volatil mengikuti harga minyak, nature bisnis ELSA akan lebih ditentukan oleh kegiatan di hulu migas yang lebih stabil selama harga minyak berada di level yang cukup tinggi dan regulasi yang lebih longgar terhadap industri migas,” kata Hendriko dalam risetnya dikutip Minggu (2/1).
Pertumbuhan kinerja ELSA juga didukung oleh sinergi dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) jika terealisasi. Sebagaimana diketahui, manajemen ELSA mengatakan bahwa pihaknya tengah menunggu keputusan dari induk usaha perseroan, PT Pertamina Hulu Energi terkait rencana merger atau akuisisi dengan PDSI.
Hendriko melihat potensi merger/akuisisi tersebut masih terbuka dan akan menjadi katalis positif bagi ELSA, terutama jika merger/akuisisi ini dilakukan pada valuasi maksimum di enam kali P/E.
“Berdasarkan data profitabilitas PDSI per 2023, merger atau akuisisi dengan PDSI berpotensi menambah laba bersih ELSA sebesar 61,7 persen,” kata Hendriko.
Dia juga menilai saham ELSA menarik sebagai dividend play. Dia memperkirakan potensi yield dividend ELSA bisa mencapai 8–9 persen dalam beberapa tahun ke depan. Dengan kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang tidak terlalu besar dan balance sheet yang semakin kuat, Hendriko menilai ELSA dapat konsisten membagikan dividend payout ratio (DPR) sebesar 40 persen untuk tahun buku 2024 dan 2025.
“Kami menilai asumsi tersebut tergolong konservatif, mengingat balance sheet ELSA yang masih cukup solid (net cash) dengan free cash flow tinggi,” ujar Hendriko.
Selain itu, DPR tersebut setara dengan tahun buku 2023 dan rata–rata payout ratio ELSA sejak 2019. Jika melihat tren pembagian dividen, DPR ELSA konsisten meningkat dari 25 persen pada 2019 hingga kisaran 40–50 persen dalam tiga tahun terakhir.
Mengacu harga saham ELSA per 17 Januari 2025 di level Rp446 per lembar, indikasi dividend yield untuk tahun buku 2024/2025 berpotensi mencapai 8,2 persen hingga 9,1 persen.
Di sisi lain, terdapat beberapa risiko yang akan memengaruhi kinerja ELSA tahun ini antara lain, terhambatnya pertumbuhan investasi dan kegiatan hulu migas Indonesia, sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada pendapatan dan margin segmen hulu migas perseroan, serta pemulihan sektor otomotif yang lebih lambat, sehingga menyebabkan pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat dari perkiraan.
(Rahmat Fiansyah)