Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah atau terdepresiasi 51 poin atau sekitar 0,31 persen ke level Rp16.456 per dolar AS.
Rupiah Sore Ini Ditutup Melemah ke Rp16.456 per Dolar AS (FOTO:iNews Media Group)
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah atau terdepresiasi 51 poin atau sekitar 0,31 persen ke level Rp16.456 per dolar AS pada perdagangan Kamis (31/7/2025).
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar fokus pada tenggat waktu 1 Agustus yang semakin dekat untuk tarif baru yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump, karena ia mengintensifkan tindakan terkait perdagangan pada hari Rabu, walaupun sebelumnya tanda-tanda kemajuan perdagangan muncul dengan kesepakatan AS-Uni Eropa dan AS-Jepang menjelang batas waktu.
"Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan Korea Selatan yang akan mengenakan tarif 15 persen untuk impor. India menghadapi tarif 25 persen atas ekspornya ke AS mulai Jumat dan belum mencapai kesepakatan perdagangan, sementara barang-barang Brasil dikenakan bea masuk setinggi 50 persen," kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (31/7/2025).
Sebuah laporan Politico menyatakan bahwa Trump akan menandatangani perintah eksekutif pada hari Kamis yang akan mengenakan tarif yang lebih tinggi kepada negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan perdagangan.
Selain itu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap di 4,25–4,50 persen pada hari Rabu dalam pemungutan suara 9-2. Prospek The Fed meredam ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan September karena Ketua Jerome Powell tidak memberikan batas waktu untuk pelonggaran.
Sementara itu, suara berbeda pendapat dari Gubernur Michelle Bowman dan Christopher Waller menandakan adanya perdebatan internal. Pasar sebagian besar telah menunda ekspektasi pemangkasan hingga akhir tahun 2025.
Dari sentimen domestik, Dana Moneter Internasional, IMF, menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2025, dari angka semula 4,7 persen menjadi 4,8 persen. Hal itu terungkap dalam laporan World Economic Outlook terbaru yang dirilis tadi malam di Washington, Amerika Serikat (AS).
IMF semula memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2025 dan 2026 akan tumbuh rendah di 4,7 persen. Namun, dalam prediksi terbaru yang rilis hari Selasa (29/7/2025), lembaga ini menaikkan proyeksi masing-masing 0,1 persen sehingga pada tahun ini RI mungkin bisa tumbuh 4,8 persen dan laju yang sama kemungkinan juga terjadi pada 2026 nanti.
Kenaikan proyeksi pertumbuhan tahun ini lebih karena perbaikan kondisi keuangan akibat dominasi dolar AS yang lebih lemah. Selain itu, tarif rata-rata yang dikenakan AS juga lebih rendah ketimbang pengumuman April lalu, ditambah upaya dari para pelaku bisnis mengenakan bea impor lebih awal di kuartal pertama.
Meski mengerek prediksi, akan tetapi bila angka itu terealisasi maka masih akan menjadi yang terendah sejak tahun 2009 di luar periode resesi karena pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan 2021.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.450 - Rp16.500 per dolar AS.
(kunthi fahmar sandy)