Rupiah hari ini, Senin (20/1/2025) ditutup menguat 12,5 poin atau 0,08 persen ke level Rp16.367 per USD setelah sebelumnya terdepresiasi.
Rupiah Berakhir Menguat Tipis ke Rp16.367 per USD di Awal Pekan (foto mnc media)
IDXChannel - Rupiah hari ini, Senin (20/1/2025) ditutup menguat 12,5 poin atau 0,08 persen ke level Rp16.367 per USD setelah sebelumnya terdepresiasi.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan Rupiah ini dipengaruhi sentimen eksternal, yaitu harapan terhadap retorika yang tidak terlalu keras terhadap China tumbuh setelah Trump tidak menyebutkan rencananya untuk tarif perdagangan selama rapat umum kemenangan di Washington pada Minggu kemarin.
“Namun, Presiden terpilih itu menegaskan kembali rencana untuk menindaktegas imigrasi dan mengurangi pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan domestik,” tulis Ibrahim dalam risetnya, sore ini.
Ibrahim mengutip Fox News Digital, Trump berencana untuk menandatangani sejumlah perintah eksekutif yang jumlahnya mencapai rekor saat dia menjabat pada Senin. Beberapa di antaranya masih mencakup peningkatan tarif perdagangan terhadap China.
Trump telah berjanji untuk mengenakan bea masuk hingga 60 persen pada semua impor China. Dan menargetkan Meksiko dan Kanada dengan tarif yang lebih tinggi. Langkah seperti itu berpotensi mengganggu perdagangan global, dan menjadi pertanda buruk bagi ekonomi yang didorong oleh ekspor.
China diperkirakan mengeluarkan langkah-langkah stimulus yang lebih agresif untuk mengimbangi hambatan ekonomi dari potensi kenaikan tarif. Tarif Trump diperkirakan memberikan tekanan lebih besar pada ekonomi China, karena bergulat dengan disinflasi yang terus-menerus dan kejatuhan pasar properti yang berkepanjangan.
Namun, data produk domestik bruto yang dirilis minggu lalu sesuai ekspektasi pemerintah di 5 persen, menunjukkan beberapa perbaikan dalam ekonomi China, setelah Beijing merilis putaran langkah-langkah stimulus paling agresifnya pada akhir 2024.
Dari sentimen domestik, lanjut Ibrahim, Presiden Prabowo Subianto optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melebihi 8 persen di era pemerintahannya. Walaupun tensi geopolitik dan geoekonomi meningkat, persaingan makin keras di antara blok-blok ekonomi antara kekuatan besar, semakin diperlukan kehati-hatian oleh semua unsur bangsa-bangsa, terutama Indonesia.
"Mungkin banyak pihak yang tidak sepakat bahkan nyinyir dengan target pertumbuhan ekonomi yang dia tetapkan. Namun, hal itu merupakan salah satu kelemahan elite politik di Indonesia, yaitu merasa tidak percaya diri dan elite di Indonesia lebih susah melihat kawan senang," ujarnya.
Menurut Ibrahim, optimisme pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen, harus dibarengi dengan konsumsi masyarakat yang terus meningkat, investasi asing kembali masuk, lapangan pekerjaan kembali marak, sehingga masyarakat kelas menengah ke bawah kembali bekerja dan mimpi pertumbuhan ekonomi 8 persen akan terwujud.
"Berdasarkan data di atas, mata uang Rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup menguat direntang Rp16.310-Rp16.370 per USD," tutur Ibrahim.
(Fiki Ariyanti)