Sekapur Sirih 2025-11-20 16:07:17
Gambar ini adalah sampul buku karya Pemred Sin Po Kwee Kek Beng. Benarkah Sin Po yang mengenalkan nama Indonesia lalu diikuti oleh koran-koran lain dan koran Indonesia membalas budi dengan penyebutan Tiongkok dan Tionghoa untuk mengganti Cina dan bangsa Cina? Sumber: priyantono oemar
Oleh Priyantono Oemar, Bergiat di Komunitas Jejak Republik
Beberapa pihak menyebut Sin Po memiliki jasa besar dalam penyebarluasan nama Indonesia. Lalu beberapa pihak itu menyebut koran-koran Indonesia berbalas budi dengan menggunakan nama Tiongkok dan Tionghoa.
Mari kita telusuri dokumen dan pustaka yang sangat terbatas mengenai hal itu. Ini perlu untuk meluruskan kesalahpahaman tentang peran Sin Po dalam pergerakan nasional Indonesia.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Sin Po juga disebut sebagai yang pertama memuat lagu “Indonesia Raya”, lagu yang dibawakan pertama kali di Kongres Pemuda Indonesia II. Ada pula yang menyebut, sehari sebelum Kongres, Sin Po telah memuatnya. Benarkah demikian?
Sin Po adalah alat perjuangan bangsa Cina di Hindia Belanda untuk perjuangan nasional Cina. Sin Po terbit dalam dua format, koran harian dan majalah mingguan.
Ada yang menyebut Sin Po mulai mengenalkan nama Indonesia sejak 1924. Susah mencari data mengenai hal ini, sebab koran Sin Po edisi tahun 1924 hingga 1928 tidak tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Majalah Sin Po memiliki bukti mengenai penggunaan nama Indonesia di majalah itu. Majalah Sin Po, sebagaimana halnya koran Sin Po memiliki rubrik “Hindia”.
Jika di edisi koran rubrik “Hindia” berisi berita-berita kecil soal peristiwa kriminal, kebakaran, dan pelantikan pejabat, untuk edisi majalah isinya lebih dari itu: berupa tulisan panjang mengenai suatu topik. Tulisan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia mulai ditampung di majalah Sin Po pada tahun 1930-an, tapi pada 1938 Sin Po diboikot oleh koran-koran Indonesia, kecuali Pemandangan.
Rubrik “Hindia” edisi majalah mengalami perubahan nama menjadi rubrik “Indonesia” pada pada 15 Mei 1926, dua pekan setelah pelaksanaan Kongres Pemuda Indonesia I. WR Supratman melaporkan penyelenggaraan kongres ini di Sin Po.
Pada Agustus 1925, ketika dibentuk Persatuan Jurnalis Asia, WR Supratman terpilih sebagai sekretaris. Saat itu Supratman masih menjadi wartawan kantor berita Alpena.
Ketika Tabrani --yang pada Agustus 1925 terpilih sebagai ketua Persatuan Jurnalis Asia-- mengadakan Kongres Pemuda Indonesia I, Supratman sudah menjadi wartawan Sin Po. Kwee Kek Beng, pemred Sin Po yang pada Agustus 1925 terpilih sebagai wakil ketua Persatuan Jurnalis Asia, mengakui jika Sin Po bisa dekat dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia berkat Supratman, apalagi lagu "Indonesia Raya" yang dibuat Supratman diterima di Kongres Pemuda Indonesia II.
Kebahagiaan Supratman setelah membawakan lagu “Indonesia Raya” di Kongres Pemuda Indonesia II diberitahukan kepada Kwee Kek Beng. Supratman lari terbirit-birit menaiki tangga menuju ruang kerja Kwee Kek Beng di loteng.
“Kita masi inget begimana ia satu hari naik ka loteng Sin Po dengan terbirit-birit dan gumbira kasi kita tahu bahuwa ia punya lagu Indonesia Raya ditrima baik dan selanjutnya aken dipandang sebagi lagu kebangsaan,” tulis Kwee Kek Beng di buku Doea Poeloe Tahon Sebagi Wartawan.
Kwee Kek Beng mengakui, Supratmanlah yang membuat laporan berbagai pertemuan kaum pergerakan nasional Indonesia sejak Kongres Pemuda Indonesia I yang berakhir 1 Mei 1926. Kwee Kek Beng juga menyebut Supratman tdak disukai oleh Parada Harahap, pemilik koran Bintang Timoer.
.png)
5 hours ago
8












































