REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Kecewa begitu dirasakan Meli (39) dan pegawai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pangauban, di Kampung Cibodas RT 02/08, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat (Jabar) lainnya. Mereka harus kehilangan pendapatan usai SPPG yang baru beroperasi 10 hari itu berhenti beroperasi.
Karena, uang Rp 1 miliar untuk operasional dan kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG) itu lenyap dari rekening. SPPG itu diduga menjadi korban penipuan digital atau phising sehingga operasionalnya terpaksa terhenti sementara. Ada 53 pegawai yang menggantungkan penghasilannya dari SPPG tersebut.
Tidak ada kode iklan yang tersedia."Owner-nya bilang, untuk sementara operasional SPPG dihentikan. Jujur kami sedih, kasihan pada owner juga meratapi nasib kami ke depan. Sebagian besar pegawai kan orang Cibodas sini, akan kehilangan mata pencaharian," ujar Meli, Selasa (4/11/2025).
Meli mengatakan, keberadaan SPPG di Pangauban ini sangat membantu masyarakat sekitar. Karena, banyak yang dipekerjakan di bagian pemorsian dan pencuci ompreng dengan mendapat upah Rp120 ribu per hari. Hanya bagian tertentu yang mempekerjakan pegawai dari luar, seperti ahli gizi, akuntan, dan lainnya.
"Saya bekerja sebagai juru masak dengan upah Rp130 ribu per hari, sementara driver atau sopir mendapat upah Rp150 ribu per hari. Dibayarkan setiap seminggu sekali. Karena sekarang tutup, ya otomatis kehilangan pendapatan," kata Meli.
Meli mengungkapkan, SPPG di Pangauban ini baru 10 hari operasional. Setiap hari memasak untuk 3.500 porsi untuk didistribusikan ke sejumlah sekolah, antara lain SDN Galanggan 1, SDN Cibodas 1, SDN Cibodas 3, SMPN 2 Batujajar, MTs Banuraja, MI Cihurip. SMP IP, SMKS Kesfam Batujajar. "Kami tidak tahu sampai kapan dirumahkan, harapannya sih segera bisa beroperasi kembali," kata dia.
Lenyapnya saldo rekening berawal Kepala SPPG Pangauban berinisial MC hendak melakukan persetujuan transaksi melalui aplikasi BNI Direct. Kemudian saat hendak masuk ke sistem, sistem meminta agar kata sandi diganti.
MC sebagai pihak yang bertanggungjawab di SPPG lalu menghubungi layanan chat resmi BNI melalui situs. Tak lama berselang, ada pihak yang mengaku sebagai pihak dari BNI menghubunginya lalu memberikan link agar segera mengganti kata sandi. Jika tidak, maka saldo akan dibekukan.
MC tanpa ragu langsung menuruti perintah pihak yang menghubunginya. Termasuk memberikan nomor-nomor penting yang berkaitan dengan rekening BNI SPPG tersebut. Setelah dihubungi, ternyata nomor orang yang mengaku sebagai pihak dari BNI tersebut mendadak tidak aktif.
MC lalu mengecek saldo di rekening pada akun BNI Direct, betapa kaget ternyata saldo di dalamnya hanya tersisa Rp12 juta dari saldo awal sekitar Rp1 miliar. Hal tersebut dianggap sebagai kesalahan dari Kepala SPPG Pangauban karena lalai memberikan informasi penting pada pihak tak dikenal.
"Jadi kata akuntan, ahli gizi, dan pegawai lainnya itu sudah mengingatkan telepon itu jangan langsung dipercaya, khawatir penipuan. Tapi tidak didengarkan, akhirnya kejadian seperti ini," ungkap Pemilik SPPG Pangauban, Hendrik Irawan.
Pihaknya sudah berkonsultasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) hingga Bareskrim Polri mengenai permasalahan tersebut. Namun diarahkan untuk ditangani di Polda Jawa Barat.
.png)
                        3 hours ago
                                3
                    









































