Lakukan PkM, Dosen UMB Ubah Sampah Jadi Produk Ekonomi

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga dosen lintas fakultas Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan mengajak warga mengubah sampah menjadi produk bernilai ekonomi. PkM yang mendapatkan dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti-Saintek) tersebut dilaksanakan di RT 05 RW 07 Kelurahan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Ketiga dosen UMB tersebut adalah Sri Kaidah, SP, MSi, dosen Program Studi (Prodi) Teknik Industri, Fakultas Teknik/FT (Ketua). Tri Wahyono, SE, MM, dan Arief Bowo Prayoga Kasmo, PhD, keduanya dosen Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) (anggota).

"PkM ini bukan hanya bertujuan mengurangi volume sampah dan limbah, tetapi secara nyata telah mentransformasikannya menjadi produk bernilai ekonomi. Hal ini selaras dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab," kata Sri Kaidah, Rabu (8/10/2025).

Sri Kaidah menjelaskan sebelum intervensi ini, masyarakat setempat menghadapi tantangan klasik. Meskipun masyarakat telah memiliki kesadaran awal, namun pengetahuan dan keterampilan teknis untuk mengolah limbah secara maksimal masih minim.

"Sampah non-organik seperti plastik dan kertas hanya dianggap limbah biasa. Sedang potensi sampah organik melimpah untuk diubah menjadi pupuk berkualitas tinggi, seperti Pupuk Organik Cair (POC) dan kompos, belum tergarap optimal. Ditambah lagi, keterbatasan fasilitas pendukung dan strategi pemasaran yang stagnan pada metode konvensional menjadikan inisiatif daur ulang lokal sulit berkembang," kata Sri Kaidah.

Setelah mengetahui kondisi di lapangan, tambah Sri Kaidah, Tim Pelaksana PkM UMB menerapkan pendekatan holistik dan ilmiah dengan mengintegrasikan tiga pilar utama: edukasi perilaku, transfer teknologi tepat guna, dan penguatan strategi bisnis. Program ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat agar tidak hanya menjadi pemilah sampah pasif, tetapi mereka juga didorong menjadi produsen kreatif yang mandiri.

"Kunci keberhasilannya terletak pada partisipasi aktif warga, menandai perubahan fundamental dari memandang limbah sebagai masalah menjadi melihatnya sebagai sumber daya," kata Sri.

Kata Sri Kaidah, aspek teknis dan keterampilan menjadi fokus utama melalui pelatihan intensif. Warga dilatih secara praktis untuk mengolah plastik dan kertas menjadi berbagai kerajinan tangan kreatif bernilai jual, sekaligus menguasai teknik pembuatan kompos dan POC berkualitas standar pasar.

"Untuk meningkatkan efisiensi dan konsistensi mutu produk, program ini juga menyediakan fasilitas pendukung vital, seperti mesin pencacah plastik dan alat pengomposan modern. Kehadiran teknologi ini secara langsung mempercepat proses produksi dan mengangkat daya saing produk," katanya.

Selain urusan dapur produksi, tambah Sri Kaidah, strategi pemasaran diadaptasi agar lebih kekinian dan menjangkau pasar yang lebih luas. Warga didampingi untuk bertransformasi dari penjual langsung menjadi digital marketer.

Pelatihan difokuskan pada optimalisasi penggunaan platform digital seperti marketplace (Tokopedia, Shopee) dan media sosial (Instagram, TikTok). Dengan memanfaatkan fotografi produk yang menarik dan deskripsi yang informatif, produk daur ulang dari Pesanggrahan kini mampu menembus batas geografis, memperluas jangkauan konsumen secara signifikan.

Dampak paling nyata dari transformasi ini terasa pada aspek sosial-ekonomi masyarakat. Keberhasilan produksi dan pemasaran secara langsung berkorelasi dengan peningkatan pendapatan warga. Program ini berhasil membentuk kelompok usaha mandiri yang secara kolektif mengelola proses produksi hingga penjualan, menciptakan peluang usaha baru, dan memberikan dorongan ekonomi nyata bagi pelaku UMKM di tingkat lokal.

Secara ilmiah dan lingkungan, kata Sri, capaian program ini sangat krusial. Melalui praktik memilah dan mengolah yang konsisten, terjadi penurunan signifikan terhadap volume limbah yang selama ini diangkut dan berakhir di TPA. Pengurangan timbunan sampah ini secara otomatis memitigasi risiko pencemaran lingkungan, seperti kontaminasi tanah dan air, serta mengurangi emisi gas metana, berkontribusi pada lingkungan komunitas yang lebih bersih dan sehat.

Program ini juga terbukti memperkuat modal sosial (social capital) komunitas. Semangat gotong royong dan kohesi sosial dalam kelompok usaha daur ulang semakin erat. Edukasi dan kampanye lingkungan yang dilakukan secara rutin tidak hanya meningkatkan kesadaran individu, tetapi juga membangun budaya kolektif peduli lingkungan, di mana pengelolaan sampah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.

Menurut Sri Kaidah, keberhasilan implementasi dan dampak yang terukur, inisiatif Transformasi Sampah menjadi Produk Bernilai di Pesanggrahan ini berfungsi sebagai prototipe atau model pemberdayaan yang berkualitas dan dapat direplikasi di komunitas urban lain di seluruh Indonesia. Pendekatan terintegrasi yang menggabungkan hilir (teknologi) dan hulu (edukasi dan pemasaran) terbukti efektif dalam menciptakan solusi lingkungan yang juga berkelanjutan secara ekonomi.

Meskipun sukses, kata Sri Kaidah, tantangan menuju keberlanjutan jangka panjang tetap ada. Salah satu tantangan terpenting adalah penguatan kelembagaan kelompok usaha agar dapat beroperasi secara lebih profesional layaknya perusahaan kecil. Penguatan ini mencakup peningkatan kapasitas manajerial, akses permodalan yang lebih luas, dan pembangunan jaringan kemitraan yang strategis guna menjamin kesinambungan produksi dan ekspansi pasar.

Ke depan, inovasi produk dan sinergi digital akan terus dioptimalkan. Diversifikasi produk daur ulang terus didorong untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas dan menanggapi tren kekinian. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital tidak hanya berhenti pada pemasaran, tetapi juga merambah pada sistem manajemen produksi terpadu, yang memungkinkan tata kelola pengumpulan bahan baku, pengolahan, hingga pengemasan berjalan lebih efisien dan terstruktur.

Kesuksesan di Pesanggrahan ini mengirimkan pesan komunikatif yang kuat kepada publik: bahwa masalah sampah nasional dapat diatasi melalui inisiatif lokal yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi mahasiswa dan kaum muda, program ini adalah bukti nyata peran aktif kampus dalam Tridharma Perguruan Tinggi dan membuka peluang untuk terlibat langsung dalam solusi real-world problem.

"Sudah saatnya kita semua, baik masyarakat umum maupun akademisi, mendukung dan mereplikasi model ini, mengubah setiap tumpukan limbah di sekitar kita menjadi peluang bernilai yang mendorong keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan ekonomi bersama," ujar Sri Kaidah.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |