perlu juga dipetakan lagi terkait apa saja bahan baku yang dibutuhkan, termasuk opsi-opsi yang bisa dilirik, mulai dari tebu, jagung, singkong, dan sebagainya.
Kembangkan Bioetanol, Ketersediaan Roadmap Jadi Kebutuhan Mendesak (foto: MNC media)
IDXChannel - Ketersediaan peta jalan (roadmap) yang lebih jelas dan terstruktur disebut sebagai puzzle penting yang perlu segera disusun di tengah gencarnya upaya pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (BBN).
Terlebih, keberadaan bioetanol yang juga telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
"(Roadmap) Ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak, yang kalau tidak segera disusun, bisa saja berdampak buruk terhadap upaya pengembangan yang sudah berjalan. ya, bisa saja gagal," ujar Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Tumiran, dalam keterangan resminya, Kamis (13/2/2025).
Menurut Tumiran, roadmap yang dibutuhkan tersebut harus bisa menjelaskan dengan detil tentang siapa saja target yang mau dibidik, pelaku yang bakal digandeng hingga strategi pricing yang perlu dijalankan.
Dari sisi produksi, misalnya, Tumiran mencontohkan perlunya data target volume bioetanol yang bakal diwujudkan. Dari data tersebut, perlu juga dipetakan lagi terkait apa saja bahan baku yang dibutuhkan, termasuk opsi-opsi yang bisa dilirik, mulai dari tebu, jagung, singkong, dan sebagainya.
"Jadi semuanya harus ada, lengkap dan jelas di roadmap itu. Ini penting," ujar Tumiran.
Dengan hingga kini belum juga tersedianya roadmap yang dibutuhkan, Tumiran pun khawatir bakal membawa dampak terhadap keseimbangan antara produksi dan penyerapan bioetanol itu sendiri.
"Kalau produksi berlimpah lalu tidak terserap, bagaimana? Makanya, harus ada sinergi. Dan skenarionya harus jelas," ujar Tumiran.
Tidak hanya itu, Tumiran juga mengingatkan pentingnya regulasi harga. Antara lain, pemerintah harus menghilangkan pajak bagi bioetanol untuk BBN.
"Karena bioetanol untuk BBN itu tentu tidak bisa disamakan dengan etanol untuk minuman keras. Itu semua harus dipetakan dulu oleh pemerintah, termasuk apa saja hambatannya dan juga bagaimana skenarionya," ujar Tumiran.
Pendapat Tumiran tersebut didukung penuh oleh Peneliti Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi, yang menilai bahwa roadmap merupakan alat untuk memperjelas tahapan dari sebuah proyek besar, seperti proyek strategis nasional (PSN).
"Termasuk juga pengembangan bioetanol. Apalagi, proyek ini multisektor," ujar Acuviarta, dalam kesempatan terpisah.
Mengenai pentingnya roadmap, Acuviarta menjelaskan, karena pengembangan bioetanol tidak bisa hanya dibebankan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melainkan juga perlu keterlibatan kementerian lain, seperti Kementerian Pertanian dan sebagainya.
"Para kementerian itu harus berbagi peran untuk pengembangan bioetanol," ujar Acuviarta.
Mulai dari strategi, kebijakan, program sampai ke pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan, dikatakan Acuviarta, harus bisa diperjelas melalui roadmap, sehingga arah pengembangannya tidak kabur.
Selain itu, diperlukan juga timeline yang jelas, sehingga program bioetanol bisa mudah termonitor dan dievaluasi.
Tanpa roadmap yang terstruktur, dikatakan Acuviarta, bakal membuat para pihak yang terlibat pada program tersebut jadi lebih cenderung berjalan sendiri-sendiri, tanpa bisa berkolaborasi dengan lebih baik dan maksimal.
"Karena peran dan fungsi para pihak yang terlibat dalam pengembangan bioetanol akan menjadi tidak jelas di bagian hulu dan hilirnya," ujar Acuviarta.
(taufan sukma)