Kementan bergerak cepat percepatan tanam di Kabupaten Indramayu dan Subang, Jawa Barat. (Foto: dok Kementan)
INDRAMAYU - Di tengah momentum panen raya yang masih berlangsung, Kementerian Pertanian atau Kementan bergerak cepat memulai percepatan olah tanah dan tanam di wilayah sentra produksi, yakni Kabupaten Indramayu dan Subang, Jawa Barat.
Langkah ini diambil sebagai upaya optimalisasi musim tanam kedua (MT II) guna memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mengejar target produksi yang lebih tinggi.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Andi Nur Alam Syah menegaskan bahwa langkah percepatan ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan produksi setelah panen raya.
“Kami tidak menunggu panen selesai secara keseluruhan. Di lahan yang sudah selesai dipanen, langsung kita olah dan tanam kembali. Ini langkah konkret untuk memastikan tidak ada lahan yang menganggur,” ujar Andi Nur saat meninjau proses tanam di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Selasa (13/5).
Kementan, lanjutnya, telah mengerahkan bantuan alat mesin pertanian (alsintan), benih unggul, serta penguatan irigasi untuk mendukung percepatan tanam tersebut.

“Kita hadir tidak hanya dengan bantuan fisik, tetapi juga pendampingan langsung di lapangan. Dengan begitu, produktivitas bisa lebih maksimal dan target produksi tercapai,” tuturnya.
Kegiatan percepatan tanam di Indramayu disambut antusias oleh para petani, terlebih harga gabah kering panen (GKP) masih stabil di kisaran Rp6.900 hingga Rp7.000 per kilogram. Para petani optimistis hasil musim tanam kedua ini akan lebih maksimal dengan dukungan penuh dari pemerintah.
Andi Nur menambahkan bahwa percepatan tanam tidak hanya terpusat di Indramayu, tetapi juga di Subang yang memiliki potensi lahan tanam sebesar 35.000 hektare. Sehari sebelumnya, Andi Nur dan tim juga telah mengunjungi Subang.
“Awalnya, target tanam di Subang hanya 17.000 hektare, tetapi melalui intervensi terpadu, target itu meningkat dua kali lipat. Ini menunjukkan efektivitas kerja sama antara pusat, daerah, dan kelompok tani,” ucapnya.
Kementan juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk membuka Saluran Irigasi Salamdarma pada 15 Mei 2025. Pembukaan irigasi ini diharapkan mampu menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian yang akan ditanami, sehingga produktivitas bisa maksimal.
Wakil Bupati Indramayu Syaefudin mengungkapkan bahwa luas baku sawah (LBS) di wilayahnya mencapai 126.088 hektare. Pada 2025, potensi tanam diproyeksikan meningkat hingga 129.806 hektare.
“Hingga saat ini, sekitar 40 persen lahan sudah dipanen dengan produktivitas rata-rata mencapai 6,8 ton per hektare. Dengan intervensi teknologi dari Kementan, kami optimis produksi bisa meningkat signifikan,” ujarnya.
Masuk ke musim tanam kedua, sebanyak 21.000 hektare lahan telah ditanami di wilayah barat Indramayu dari 32.000 hektare target yang telah ditetapkan Kementan hingga akhir Mei. Meskipun saat ini masih di bawah target, Kabupaten Indramayu optimis target tersebut segera tercapai.
Peningkatan Produksi Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Sam Herodian mengungkapkan bahwa langkah percepatan tanam yang diinisiasi Kementan tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“PDB sektor pertanian berhasil tumbuh hingga 10,57 persen. Ini menandakan bahwa visi besar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menjadikan Indonesia sebagai negara super power pertanian semakin nyata,” katanya.
Sam menambahkan, permintaan pangan dari sejumlah negara sahabat juga meningkat seiring dengan keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan produksi.
“Beberapa negara telah menyampaikan minat untuk bermitra dalam distribusi pangan. Ini menunjukkan posisi strategis Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah pusat, daerah, serta dukungan TNI dan Polri menjadi kunci keberhasilan program percepatan tanam ini.
“Saya mengajak semua pihak untuk tetap semangat dan bekerja keras, karena kerja keras saja tidak cukup. Kita juga harus bekerja cerdas. Mari kita jaga momentum ini dan terus berinovasi demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih baik,” tutur Sam Herodian.
(Agustina Wulandari )