Saham emiten produsen emas menguat pada Selasa (4/2/2025) seiring logam mulia acuannya kembali menyentuh rekor tertinggi anyar.
Intip Gerak Saham ANTM-BRMS Cs saat Harga Emas Rekor Lagi. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten produsen emas menguat pada Selasa (4/2/2025) seiring logam mulia acuannya kembali menyentuh rekor tertinggi anyar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.12 WIB, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meningkat 3,45 persen, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terkerek 2,17 persen, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) tumbuh 2,15 persen.
Kemudian, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) terapresiasi 0,76 persen dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menghijau 1,39 persen.
Harga emas dunia mencapai rekor tertinggi (all-time high/ATH) baru pada Senin (3/2/2025) meskipun dolar Amerika Serikat (AS) menguat.
Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan aset safe haven setelah Presiden AS Donald Trump resmi memberlakukan tarif impor 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, serta tarif 10 persen untuk barang-barang dari China.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) ditutup naik 0,60 persen ke USD2.814,71 per troy ons pada Senin, setelah sempat menyentuh level tertinggi intraday di USD2.830,75 pada hari yang sama.
Sebelumnya, logam mulai tersebut menembus ATH baru pada Jumat (31/1) pekan lalu.
Diwartakan MT Newswires, Trump mengumumkan, tarif baru ini mulai berlaku pada Selasa, sementara Kanada dan Meksiko bersiap menerapkan tarif balasan terhadap produk-produk AS.
Bursa saham global tertekan pada awal pekan ini karena kekhawatiran perang dagang yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Dolar AS melonjak, yang biasanya menjadi sentimen negatif bagi komoditas yang dihargakan dalam mata uang ini. Indeks dolar ICE tercatat naik 0,7 poin menjadi 109,07.
"Permintaan emas sebagai aset aman meningkat, mencetak rekor dalam berbagai mata uang. Namun, penguatan dolar membatasi kenaikan harga emas dalam denominasi USD,” kata Saxo Bank.
“Risiko perang dagang global dan dolar yang lebih kuat bisa menjadi hambatan jangka pendek bagi komoditas yang sensitif terhadap pertumbuhan serta sektor-sektor yang terdampak tarif.”
Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang AS bervariasi. Imbal hasil obligasi tenor dua tahun naik 5,6 basis poin menjadi 4,272 persen, sementara obligasi 10 tahun turun 0,1 poin ke 4,54 persen.
Sementara itu, bank-bank bullion global mulai mengalihkan pasokan emas ke Amerika Serikat dari pusat perdagangan utama di Asia, seperti Dubai dan Hong Kong, guna memanfaatkan selisih harga tinggi antara kontrak berjangka emas AS dan harga spot.
Biasanya, arus perdagangan emas lebih banyak mengalir dari Barat ke Timur untuk memenuhi permintaan China dan India, dua konsumen terbesar yang menyerap hampir separuh konsumsi emas dunia.
Namun, ketidakpastian akibat tarif impor AS membuat harga emas berjangka di Comex melambung jauh di atas harga spot, menciptakan peluang arbitrase yang menggiurkan.
"Harga emas meroket, sementara permintaan di Asia hampir menghilang," kata seorang pedagang bullion berbasis di Singapura yang bekerja di salah satu bank pemasok emas terbesar.
"Di sisi lain, peluang besar muncul di AS, dan hampir semua bank ikut serta dalam pengiriman emas untuk memenuhi permintaan di Comex dan meraup keuntungan dari arbitrase ini," ujarnya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.