Fahmi Firdaus
, Jurnalis-Jum'at, 07 Maret 2025 |15:13 WIB
Hari Perempuan Internasional, Menag Nasaruddin: Pria dan Wanita Sama-Sama Khalifah di Bumi
JAKARTA – Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, menunjukkan pentingnya memperjuangkan kesetaraan gender sebagai hak asasi manusia (HAM) yang fundamental. Perempuan memiliki peran strategis dalam membangun nilai-nilai toleransi dan kohesi sosial di tengah masyarakat.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengatakan pemberdayaan perempuan yang telah dicapai saat ini masih belum cukup. Dia menyebut laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah di muka bumi atau sama-sama hamba Allah Ta’ala, sehingga agama harus menjadi faktor penguatan martabat perempuan.
“Saya ingin mengimbau kepada kita semua, mari kita memperbaiki penafsiran-penafsiran Al-Qur’an yang bias gender,”ujar Menag dalam Webinar Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam rangka Hari Perempuan Internasional, bertajuk “Perempuan dan Pendidik sebagai Pilar Perdamaian: Kesetaraan Gender dalam Membangun Kohesi Sosial”, dikutip, Jumat (7/3/2025).
“Mari kita memahami kembali redaksi yang dipahami melalui teks-teks hadits. Kita sangat yakin bahwa Allah Ta’ala sama dengan Rasullulah tidak membedakan laki-laki dan perempuan,” lanjutnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengatakan laki-laki dan perempuan mempunyai hak untuk aktif menjadi pemimpin baik dalam rumah tangga bahkan pemimpin publik atau negara.
Kata dia, banyak ayat Al-Qur’an menunjukkan kepemimpinan seorang perempuan, misalnya Ratu Balqis sebagai penguasa Kerajaan Saba yang kepemimpinannya meraih predikat yakni negerinya menjadi indah di bawah ampunan Tuhan.
Nasaruddin menambahkan kepemimpinan perempuan juga ditunjukkan oleh Khadijah, istri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang merupakan bangsawan, menjadi kepala rumah tangga saat mereka berada di Mekah. Dalam salah satu ayat lainnya, laki-laki disebut sebagai pelindung bagi perempuan (QS An-Nisa ayat 34).
“Berhentilah mendeskriditkan perempuan atas nama agama. Saatnya sekarang kita berusaha mencari cara bagaimana mendayagunakan perempuan sebagai salah satu kekuatan bangsa, terutama untuk Indonesia,” pungkasnya.