REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA — Setiap tanggal 16 Oktober, dunia merayakan Hari Pangan Sedunia untuk meningkatkan kesadaran global tentang isu-isu ketahanan pangan, gizi buruk, dan peran penting sistem pangan dalam kehidupan.
Seiring dengan tantangan global seperti perubahan iklim dan pertumbuhan populasi, pasokan pangan yang stabil menjadi semakin krusial, dan dalam konteks ini, peran petani modern menjadi sangat vital.
Dengan memanfaatkan inovasi teknologi seperti pertanian presisi, otomatisasi, dan bioteknologi, para petani modern berkontribusi besar dalam meningkatkan efisiensi produksi, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan memastikan hasil panen yang konsisten, sehingga memperkuat fondasi ketahanan pangan bagi seluruh masyarakat.
Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, dua puluh lima petani dari berbagai wilayah di Indonesia menerima penghargaan Master Panen 2025. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada para petani yang berhasil membuktikan bahwa kemajuan pertanian dapat dicapai melalui penerapan teknologi modern, penggunaan benih hibrida unggul, serta semangat berbagi dan gotong royong dalam membangun komunitas tani yang lebih kuat.
Dari timur hingga barat Nusantara, kisah inspiratif para penerima penghargaan ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi dan kolaborasi mampu mengubah wajah pertanian Indonesia. Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Bantaeng, Sulawesi Selatan, Zulkifli atau Daeng Kifli, menjadi bukti bahwa keberhasilannya dalam budidaya dapat mendorong 25 petani muda lainnya untuk ikut bertani.
Di usianya yang baru 29 tahun, Daeng Kifli sukses membudidayakan bawang merah Lokananta, inovasi modern di mana hanya dengan 0,5 kg benih dapat menghasilkan hingga 2.500 kg panen bawang merah. “Teknologi membuat bertani lebih efisien. Kalau dulu kami khawatir gagal panen, sekarang kami bisa lebih yakin dengan hasil dan kualitas,” ujar Zulkifli.
Sementara itu, di Kalimantan Selatan, Khairani atau akrab disapa Mang Khair menunjukkan bahwa usia bukan halangan untuk terus berinovasi. Petani senior ini dikenal sukses membudidayakan Cabai Merah Besar Baja F1, dengan hasil panen mencapai 10 ton dalam sekali musim tanam. Pengalamannya selama puluhan tahun di dunia pertanian kini ia bagikan kepada lebih dari 100 petani binaan di wilayahnya. “Kalau hanya saya yang berhasil, rasanya kurang. Akan lebih bermakna jika banyak petani bisa merasakan hasil yang sama,” tutur Mang Khair dengan senyum bangga.
Dari Kebumen, Jawa Tengah, ada nama Jarwan, petani berusia 40 tahun yang dikenal sukses budidaya cabai keriting Tangguh F1 di daerahnya. Dengan penerapan teknik tanam yang efisien dan penggunaan benih unggul, Jarwan berhasil mencapai hasil panen yang stabil dan berkualitas. Tidak puas dengan keberhasilan pribadi, Jarwan kini aktif membina lebih dari 200 petani lainnya, membagikan pengalamannya melalui pelatihan dan kelompok tani binaan. “Kalau kita bisa saling berbagi, dampaknya akan lebih luas. Saya ingin semakin banyak petani ikut maju supaya pertanian di daerah kita semakin kuat,” katanya dengan semangat.
sumber : Antara