Harga emas dunia rebound pada Rabu (12/1/2025), setelah sempat tertekan selama jam perdagangan di tengah data inflasi AS yang lebih tinggi dari proyeksi.
Harga Emas Dunia Naik Tipis, Pasar Respons Data Inflasi AS. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga emas dunia ditutup rebound pada Rabu (12/1/2025), setelah sempat tertekan selama jam perdagangan di tengah data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan.
Berdasarkan data pasar, emas spot (XAU/USD) naik 0,22 persen ke level USD2.903,96 per troy ons.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,5 persen pada Januari dibanding Desember, melampaui kenaikan 0,4 persen pada bulan sebelumnya dan ekspektasi pasar sebesar 0,3 persen menurut FactSet.
CPI inti, yang tidak mencakup harga pangan dan energi, naik 0,4 persen secara bulanan, lebih tinggi dari 0,2 persen di Desember dan estimasi konsensus sebesar 0,3 persen.
Dikutip dari MT Newswires, laporan inflasi ini dirilis saat Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menjalani hari kedua testimoni di Kongres AS. Dalam testimoninya di hadapan Senat pada Selasa, Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga.
“Powell sudah menegaskan dalam testimoni di hadapan Senat bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. Namun, pasar tetap memperkirakan The Fed hanya memangkas suku bunga sekali lagi hingga pertemuan FOMC September tahun ini,” kata Saxo Bank.
Analis ING mencatat, potensi tarif baru AS dapat menambah risiko inflasi dalam beberapa kuartal mendatang. Namun, ada indikasi positif bahwa biaya perumahan akan melambat secara signifikan pada 2025, yang dapat membuka peluang pemangkasan suku bunga pada paruh kedua tahun ini.
“Data CPI hari ini yang lebih tinggi dari perkiraan telah memberikan tekanan pada pasar emas. Ekspektasi pemangkasan suku bunga tahun ini kini semakin pudar,” ujar Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung membebani emas karena meningkatkan biaya peluang kepemilikan aset ini yang tidak memberikan imbal hasil.
“Meski demikian, narasi suku bunga tinggi memang menekan emas, tetapi tren tetap positif, dan kekhawatiran perdagangan masih menjadi penggerak pasar,” kata wakil presiden sekaligus analis senior logam di Zaner Metals, Peter Grant.
Sementara itu, setelah menaikkan tarif baja dan aluminium hingga 25 persen awal pekan ini, pemerintahan Presiden AS Donald Trump kini tengah merampungkan rencana tarif balasan.
Harga emas telah menembus rekor baru di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif impor AS. Namun, meski pasar membidik rekor USD3.000 per troy ons, beberapa tanda tekanan jual juga mulai terlihat.
Analis senior di RJO Futures, Daniel Pavilonis, menilai, penurunan beberapa ratus dolar dari level mendekati USD3.000 bukanlah hal yang buruk. Dengan kekhawatiran inflasi, utang, dan geopolitik, emas masih menjadi aset incaran investor. (Aldo Fernando)