Cuaca Ekstrem Kian Mematikan, Banyak Negara Belum Punya Sistem Peringatan Dini

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengeluarkan peringatan keras bahaa jutaan orang di seluruh dunia masih hidup tanpa perlindungan dari ancaman cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Dalam pertemuan khusus di Jenewa, belum lama ini, WMO menyerukan aksi global untuk menutup kesenjangan besar dalam sistem peringatan dini, terutama di negara-negara berkembang yang paling rentan.

Dalam lima dekade terakhir, bencana yang berkaitan dengan cuaca, air, dan iklim telah menewaskan lebih dari dua juta orang. Lebih dari 90 persen korban berasal dari negara berkembang, tempat sistem pemantauan cuaca masih tertinggal jauh.

Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo menegaskan bahwa memperkuat sistem peringatan dini kini menjadi prioritas utama. Namun, data menunjukkan baru 55 persen negara yang memiliki kapasitas pemantauan memadai.

“Masih ada jutaan orang yang tidak terlindungi dari cuaca ekstrem yang memicu kerugian ekonomi besar dan menghancurkan infrastruktur vital,” tulis WMO dalam pernyataannya, Senin (20/10/2025).

Meski jumlah negara yang mengoperasikan sistem peringatan dini naik dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir menjadi 119, masih ada kesenjangan besar. Dari 62 negara yang ditinjau, hanya setengahnya yang memiliki kapasitas dasar, dan kurang dari 16 persen bahkan belum mencapai tingkat minimal.

Di negara-negara tanpa sistem peringatan multi-bencana yang memadai, risiko kematian akibat bencana tercatat enam kali lebih tinggi, sementara jumlah penduduk terdampak empat kali lipat lebih besar.

Saulo menekankan bahwa peringatan dini bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga tentang memberi kemampuan untuk bertindak. “Peringatan dini artinya tindakan lebih awal. Tujuan kami bukan sekadar memperingatkan, tapi memberdayakan,” ujarnya.

Contoh nyata efektivitas sistem ini terlihat di Swiss. Menteri Dalam Negeri Swiss Elisabeth Baume-Schneider mengungkapkan bahwa pemantauan gletser secara rutin telah memungkinkan ilmuwan memperingatkan risiko longsoran es besar pada Mei 2025, sehingga evakuasi warga di desa Blatten dapat dilakukan tepat waktu.

“Pencairan permafrost akan terus menyebabkan runtuhnya gletser dan longsoran batu. Karena itu, sistem peringatan dini menjadi sangat penting,” ujarnya.

WMO menegaskan, tanpa percepatan pembangunan sistem peringatan dini yang inklusif dan terintegrasi, dunia akan terus menghadapi bencana cuaca dengan korban jiwa dan kerugian yang seharusnya bisa dicegah.

sumber : Reuters

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |