REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arabic Lingual Center Indonesia (ARLIC) kembali mengukuhkan posisinya sebagai pelopor inovasi pendidikan bahasa di Asia Tenggara.
Dalam Simposium Internasional Bahasa Arab yang digelar di Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam, Selasa (18/11), ARLIC hadir bukan sekadar sebagai delegasi biasa. Mereka berperan strategis dalam perumusan standar baru pengajaran Bahasa Arab di kawasan ASEAN.
Kegiatan penting ini mengambil tema “Desain Buku Ajar Bahasa Arab bagi Siswa Asia Tenggara”. Acara ini merupakan hasil kolaborasi segitiga strategis antara UNISSA dari Brunei, ARLIC dari Indonesia, dan IMLA (Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia).
Revolusi Metode Pembelajaran: Cepat, Tepat, dan Digital
Dalam forum ilmiah bergengsi tersebut, Senior Advisor ARLIC, Prof. Abdul Karim Awad Hayaza, memperkenalkan metode unggulan yang disebut "Serial Allisan". Metode ini menawarkan pendekatan pembelajaran yang organik dan natural, mendobrak pola konvensional yang sering kali terasa kaku dan lambat.
“Kami membawa pengalaman belajar persis seperti seorang anak menguasai bahasa ibunya,” papar Prof. Karim di hadapan ratusan akademisi dari Brunei, Malaysia, dan Thailand. Melalui struktur yang bertahap namun aktif, pembelajar non-Arab terbukti mampu berbicara lancar dan percaya diri dengan lahjah (aksen) yang natural hanya dalam waktu 150 jam pembelajaran.
Keunggulan metode ini semakin lengkap berkat dukungan ekosistem teknologi yang dibawa ARLIC. Inovasi tersebut meliputi modul cetak terstandarisasi, aplikasi e-modul interaktif, hingga kurikulum berbasis kompetensi yang modern.
Tiga Kesepakatan Strategis Tingkat ASEAN
Kehadiran delegasi ARLIC yang dipimpin langsung oleh Direktur Alwi Achmad Shahab memberikan dampak signifikan. ARLIC, bersama IMLA dan UNISSA, berhasil merumuskan tiga keputusan besar yang akan menentukan masa depan pendidikan bahasa di kawasan ini:
Pembentukan Badan Penelitian Regional: Fokus utama adalah mengembangkan materi ajar berbasis riset yang relevan.
Penyusunan Kerangka Buku Ajar Regional: Menciptakan standar kurikulum yang modern, sesuai dengan konteks sosial-budaya Asia Tenggara.
Penguatan Jejaring Lembaga: Meningkatkan konektivitas antar lembaga pengembangan bahasa di seluruh ASEAN.
“Ini adalah momen bersejarah bagi kami. Setelah lima tahun memperkuat fondasi di Indonesia, ARLIC kini siap membawa ‘Merah Putih’ sebagai rujukan utama inovasi Bahasa Arab di Asia Tenggara,” tegas Alwi Achmad Shahab penuh optimisme.
Respons Positif dan Misi Diplomasi
Inovasi ARLIC rupanya menarik perhatian langsung dari Rektor UNISSA, Dato Seri Setia Dr. Haji Norarfan bin Haji Zainal. Saat mengunjungi booth pameran ARLIC yang ramai dipadati pengunjung, Rektor UNISSA menyaksikan demonstrasi teknologi pembelajaran yang dipandu oleh Manajer ARLIC, Adam Heckel Quidayan.
Pihak UNISSA menyatakan minat serius untuk menjajaki kerja sama resmi dengan ARLIC. Rencana kolaborasi ini meliputi implementasi metode Serial Allisan di Brunei, penyelenggaraan Arabic Camp, pelatihan pengajar (Training of Trainers), hingga program imersi mahasiswa ke Timur Tengah.
Rangkaian kegiatan ARLIC di Brunei ditutup dengan pertemuan strategis bersama Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam, Prof. Dr. Achmad Ubaedillah, di KBRI Bandar Seri Begawan.
Dalam pertemuan tersebut, Dubes RI menekankan pentingnya peran ARLIC dalam mengubah pola pikir generasi muda ASEAN. “Bahasa Arab tidak boleh lagi dipandang semata-mata sebagai bahasa agama. Sudah saatnya kita bangun narasi bahwa Bahasa Arab adalah pintu menuju jaringan ekonomi, karier global, dan peradaban yang luas, setara dengan Bahasa Inggris,” ujar Dubes Achmad.
Menyambut tantangan tersebut, Ketua Delegasi sekaligus Ketua IMLA, Prof. Uril Bahruddin, menegaskan komitmen kolaborasi ARLIC-IMLA untuk terus menghadirkan solusi pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri dan pasar kerja modern.
Sebagai catatan tambahan, delegasi ARLIC berjumlah 10 orang, terdiri dari kombinasi akademisi, praktisi, dan ahli manajemen, termasuk Wakil Rektor IV UNJ Dr. Andy Hadiyanto. Sebelum simposium, delegasi juga menyempatkan diri melakukan napak tilas sejarah dengan berziarah ke makam Sultan Sharif Ali, memperkuat ikatan historis dan spiritual antara Indonesia dan Brunei.
sumber : Antara
.png)
1 hour ago
1
















































