Al Bitruji, Saintis Muslim yang Diabadikan Barat Jadi Nama Kawah Bulan

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun nama-nama seperti Ptolemeus atau Galileo lebih dikenal luas, sejarah sains mencatat nama Al Bitruji (Alpetragius), seorang astronom Muslim Andalusia abad ke-12, sebagai sosok berani yang menantang konsensus ilmiah selama berabad-abad.

Alih-alih menerima model alam semesta Ptolemeus yang rumit, Alpetragius mengusulkan teori revolusioner gerak spiral untuk planet-planet, sebuah upaya fundamental yang, meskipun akhirnya digantikan, dampaknya sangat besar hingga memicu pemikiran ulang mendasar tentang kosmos di Eropa abad pertengahan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Nama lengkapnya adalah Nuruddin Abu Ishaq Ibrahim Ibn Yusuf Ibn Abdullah Ibn Sina' Ibn Ahmad al-Bitruji (أبو إسحاق البطروجي). Ia diperkirakan lahir di Maroko, namun kemudian menetap dan mengembangkan keilmuannya di Sevilla, Spanyol, pada abad ke-12 Masehi, di masa puncak kekuasaan Dinasti Almohad di Al-Andalus.

Profilnya dikenal sebagai seorang ilmuwan yang sangat kritis terhadap model astronomi yang berlaku pada masanya, dan ia berguru pada seorang ahli filsafat dan astronom terkemuka lainnya, yaitu Ibnu Tufail. Dia merupakan seorang polymath Muslim Andalusia terkemuka pada abad ke-12 Masehi. Ia dikenal sebagai filsuf, dokter, ahli matematika, dan astronom yang menjabat sebagai wazir (menteri) dan dokter istana untuk khalifah Muwahhidun di Granada dan Maroko.

Kontribusi terbesarnya dalam sastra dan filsafat adalah novel alegoris berjudul Risalah Hayy bin Yaqzhan (Philosophus Autodidactus), sebuah kisah fiksi tentang seorang anak yang tumbuh sendirian di pulau terpencil dan menemukan kebenaran mutlak (Tuhan) melalui observasi alam dan akal murninya, tanpa bimbingan manusia atau wahyu. Karyanya ini sangat berpengaruh di dunia Barat setelah diterjemahkan, menginspirasi banyak pemikir Pencerahan, termasuk Daniel Defoe dalam karyanya Robinson Crusoe. 

Dedikasi untuk Astronomi 

Kehidupan Alpetragius didedikasikan untuk astronomi teoretis. Tidak seperti astronom Muslim lainnya yang sering kali fokus pada penyempurnaan perhitungan matematis model Ptolemeus (seperti Al-Battani atau Ibnu Yunus), Alpetragius bertujuan untuk mereformasi model alam semesta itu sendiri.

Ia ingin mengembalikan astronomi ke dalam kerangka fisika Aristotelian murni, yang mengharuskan gerak benda langit dijelaskan melalui gerakan melingkar seragam yang berpusat pada Bumi (homocentric spheres), bukan dengan episiklus dan eksentrik yang rumit dari model Ptolemeus.

Prestasi hebatnya dalam keilmuan terletak pada pengembangan teori gerak spiral (spiral motion theory) untuk menjelaskan gerakan planet. Dalam karyanya yang paling terkenal, Kitab al-Hay'ah (Book of the Configuration of the Heavens), Alpetragius mengusulkan bahwa semua benda langit bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda, dan gerak spiral inilah yang menyebabkan perubahan posisi planet yang terlihat dari Bumi, meniadakan kebutuhan akan episiklus Ptolemeus.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |