Binti Mufarida
, Jurnalis-Sabtu, 22 Februari 2025 |17:21 WIB
Gunung Marapi (Foto: PVMBG)
JAKARTA - Badan Geologi melaporkan aktivitas Gunung Marapi di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat mengalami kenaikan sejak awal hingga pertengahan Februari 2025. Meski begitu, saat ini tingkat aktivitas Gunung Marapi masih tetap pada Level II (Waspada).
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid mengatakan, Gunung Marapi termasuk sering mengalami erupsi bahkan sejak tahun 1987 sampai sekarang erupsi bersifat eksplosif dari Kawah Verbeek.
“Aktivitas erupsi biasanya disertai suara gemuruh atau dentuman dengan produk erupsi dapat berupa abu, lapili, dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik,” ungkap Wafid dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (22/2/2025).
Sementara itu, Wafid mengungkapkan rangkaian erupsi atau letusan secara tidak kontinyu masih berlanjut sampai saat ini sebagai akibat dari dinamika naik turunnya pasokan fluida dari kedalaman tubuh Gunung Marapi.
“Pada awal hingga pertengahan Februari 2025 ini terjadi peningkatan gempa vulkanik dan tremor di Gunung Marapi yang berkaitan dengan adanya peningkatan pasokan fluida dari kedalaman,” ujarnya.
Wafid menjelaskan, sebagai konsekuensinya telah meningkatkan pula aktivitas hembusan dan letusan atau erupsi untuk melepaskan akumulasi dari tekanan fluida tersebut. Sesuai dengan sejarahnya bahwa erupsi dapat terjadi dengan mengeluarkan suara dentuman maupun gemuruh yang dapat terdengar oleh masyarakat disekitarnya dan hal seperti ini merupakan sesuatu yang biasa pada suatu gunungapi yang sedang erupsi.
“Berdasarkan data-data pemantauan terkini (visual dan instrumental) menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Marapi masih tinggi,” tegas Wafid.
Ia menjelaskan, data variasi kecepatan seismik dan koherensi masih rendah yang mengindikasikan bahwa tekanan (stress) pada tubuh gunungapi masih tinggi dan kondisi medium di dekat permukaan gunungapi belum stabil.
“Oleh karena itu potensi terjadinya letusan atau erupsi masih tetap ada yang dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi tekanan (energi) dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan masih berada di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) Gunung Marapi,” imbaunya.
(Arief Setyadi )