kendaraan roda dua dan tiga diproyeksikan bakal mencapai adopsi penuh (100 persen) pada 2040 mendatang.
Adopsi Kendaraan Listrik Berpotensi Hemat Subsidi Energi hingga Rp4,9 Triliun (foto: MNC media)
IDXChannel - Pemerintah diminta untuk terus mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di masyarakat, demi bisa menekan besarnya anggaran untuk subsidi energi.
Tak tanggung-tanggung, jika skenario percepatan adopsi EV tersebut berjalan lancar, nilai penghematan anggaran subsidi energi hingga 2060 mendatang diperkirakan bisa mencapai Rp4,984 triliun.
Proyeksi tersebut disampaikan oleh International Council on Clean Transportation (ICCT) melalui laporan terbarunya, yang diberi judul Roadmap to Zero: The pace of Indonesia’s electric vehicle transition.
"Laporan tersebut menyajikan dua skenario pertumbuhan EV guna mendorong Indonesia mencapai target net zero emissions pada 2060," ujar Managing Director ICCT, Ray Minjares, dalam keterangan resminya, Sabtu (15/2/2025).
Menurut Ray, laporan tersebut menyatakan bahwa kendaraan roda dua dan tiga diproyeksikan bakal mencapai adopsi penuh (100 persen) pada 2040 mendatang. Sementara, kendaraan roda empat, bus, dan truk, baik jenis sedang maupun berat, diperkirakan baru mencapai 100 persen adopsi pada 2045.
"Dalam skenario net-zero, pengurangan konsumsi bahan bakar cair kumulatif hingga 2060 diperkirakan mencapai 5,1 hingga 6,7 miliar barel setara minyak, yang berarti subsidi energi dapat dihemat antara Rp3,960 triliun hingga Rp4,984 triliun," ujar Ray.
Ray menjelaskan, dalam laporan tersebut pihaknya juga menunjukkan proyeksi yang lebih optimistis, yaitu dalam skenario best practice, di mana kendaraan roda dua dan tiga, dapat mencapai adopsi 100 persen pada 2037.
Sedangkan, untuk jenis kendaraan roda empat, bus, dan truk diperkirakan bisa mencapai target 100 persen tiga tahun setelahnya, yaitu pada 2040.
Kedua skenario tersebut, dikatakan Ray, dipandang memiliki manfaat besar bagi kondisi iklim serta perekonomian Indonesia.
Selain keuntungan ekonomi, peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke EV diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂) sebesar 2,4 hingga 3,1 gigaton.
Ray menekankan bahwa sektor transportasi di Indonesia menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi energi.
"Dampak polusi dari pembakaran bahan bakar fosil ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga menimbulkan 4.500 kematian dini setiap tahunnya. Ini belum termasuk kasus asma, hilangnya hari kerja, dan dampak sosial lainnya," ujar Ray.
ICCT berharap temuan dalam laporan tersebut dapat mendorong kebijakan pemerintah untuk mempercepat transisi ke kendaraan listrik.
"Langkah ini tidak hanya akan mengurangi beban subsidi energi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, tapi juga meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emissions pada 2060," ujar Ray.
(taufan sukma)