REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sebanyak 32 pengrajin tenun songket Melayu di Medan, Sumatra Utara, mengikuti program pembinaan wastra warna alam yang digagas oleh Bakti BCA bekerja sama dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI). Program ini bertujuan melestarikan tradisi pewarnaan kain menggunakan bahan alami dari tumbuhan lokal, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, mengatakan inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen Bakti BCA dalam pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi komunitas lokal. "Ya, ini merupakan rangkaian selanjutnya atau titik keempat Bakti BCA untuk pewarnaan alam. Kami mencari jejak-jejak pewarnaan alam dari tumbuhan asli Indonesia yang dulu sempat menjadi komoditas ekspor utama di masa VOC," kata Hera saat diwawancara seusai peresmian pelatihan di Istana Maimoon, Selasa (4/11/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.la menjelaskan, pada masa kejayaan VOC, Indonesia dikenal sebagai salah satu pemasok utama bahan pewarna alami dunia. Melalui program ini, BCA berupaya menghidupkan kembali kejayaan tersebut dengan memberdayakan para pengrajin tenun di berbagai daerah.
Sebelumnya, program serupa telah dilaksanakan di Timor Tengah Selatan, Baduy, dan Sumba Timur, yang mewakili wilayah timur Indonesia. Kini, giliran Sumatera Utara menjadi titik keempat program, dengan fokus pada kain songket Melayu.
"Harapan kami, program yang sudah berjalan tiga tahun ini dapat memberikan multi-impact bukan hanya dampak ekonomi melalui peningkatan akses pasar dan penjualan, tetapi juga dampak budaya dan lingkungan," kata Hera.
Menurut Hera, pewarnaan alam memiliki nilai lebih karena seluruh prosesnya dilakukan secara ramah lingkungan dan membutuhkan keahlian khusus (craftsmanship). la juga menilai pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menjaga warisan budaya bangsa.
"Kami senang melihat peserta ada yang masih berumur 20-22 tahun. Generasi muda harus punya kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia," kata dia.
Program pelatihan di Medan ini diikuti 32 pengrajin yang terbagi dalam lima kelompok, dan akan berlangsung pada 4 hingga 6 November 2025 di Istana Maimoon. Para peserta didampingi oleh para ahli dari WARLAMI, lembaga yang selama ini konsisten mengembangkan teknik pewarnaan alami di berbagai daerah.
"Mudah-mudahan setelah pelatihan tahap pertama ini, kami bisa evaluasi dan lanjutkan dengan pembinaan jangka panjang," ujar Hera.
Bakti BCA juga berencana membantu para pengrajin memperluas akses pasar, baik melalui event-event korporat BCA maupun kolaborasi dengan desainer dan jenama lokal. Salah satu hasil nyata program ini sebelumnya ditampilkan di Jakarta Fashion Week, saat Tulola Jewelry memadukan koleksi perhiasannya dengan kain-kain pewarnaan alam hasil binaan BCA dari wilayah timur Indonesia.
Perwakilan penenun asal Batu Bara, Eka Malia dari komunitas Hilwa Tenun, menyambut baik program pembinaan tersebut. la pun berharap, ke depannya tenun dari pewarna alami bisa semakin dikenal dan diminati di oasae lokal bahkan mancanegara.
"Semoga bisa di-follow up lagi. Ini kan sudah ada pelatihan, mudah-mudahan nanti dari BCA bisa memberikan jalan pasar lagi. Karena selama ini pewarnaan alam sudah banyak ditinggalkan dan digantikan pewarna sintetis," kata dia.
.png)
3 hours ago
4













































