Serba-Serbi Jurusan Kesehatan Masyarakat

6 hours ago 1

Image Yayuk Sundari

Eduaksi | 2025-10-18 19:55:47


Pagi itu langit Mulyorejo tampak cerah. Udara masih segar, tetapi antrean di depan Puskesmas sudah mengular sejak pukul delapan. Suara anak kecil menangis, aroma obat dari dalam ruangan, dan percakapan para pengunjung membuat suasana pagi itu terasa begitu hidup. Di tengah keramaian, penulis berdiri dengan hati berdebar, bukan karena sakit, melainkan karena hari itu penulis akan melakukan pengamatan lapangan untuk tugas mata kuliah. Namun ada sedikit perbedaan, hari itu penulis tidak datang sebagai mahasiswa, melainkan menyamar sebagai pasien.

Sebelum bercerita lebih jauh, penulis ingin sedikit berbagi tentang apa itu kesehatan masyarakat. Banyak orang mengira bahwa bidang ini hanya berkutat pada puskesmas, imunisasi, atau penyuluhan. Padahal, kesehatan masyarakat jauh lebih luas dari itu. Ilmu ini mempelajari bagaimana manusia bisa hidup sehat bersama-sama, bukan hanya dengan mengobati penyakit, tetapi dengan mencegahnya dan membangun lingkungan yang mendukung kesejahteraan. Kesehatan masyarakat berbicara tentang kebiasaan, perilaku, dan kesadaran—tentang bagaimana satu keputusan kecil bisa berdampak besar bagi banyak orang.

Ketertarikan penulis terhadap bidang ini muncul dari keprihatinan pada lingkungan tempat penulis tumbuh. Di sekitar penulis, masih banyak orang yang sulit menerima informasi kesehatan. Mereka sering kali lebih mempercayai kabar dari mulut ke mulut dibandingkan penjelasan dari tenaga kesehatan. Ada jarak yang terbentuk antara masyarakat dan ilmu pengetahuan, seolah keduanya tidak berbicara dalam bahasa yang sama. Dari situ penulis mulai berpikir, mungkin inilah alasan mengapa penulis harus belajar di bidang ini, agar bisa menjembatani keduanya. Penulis ingin ilmu yang dipelajari tidak berhenti di kepala, tetapi bisa mengalir dan berguna bagi orang lain.

Banyak orang bertanya kepada penulis, “Lulusan kesehatan masyarakat nanti kerja di mana?” Biasanya mereka membayangkan penulis akan duduk manis di puskesmas, mengisi formulir, atau mengatur antrean pasien. Padahal, bidang ini memiliki banyak sekali peluang. Lulusan kesehatan masyarakat bisa bekerja di lembaga pemerintahan, rumah sakit, perusahaan, lembaga penelitian, bahkan di dunia pendidikan. Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga sendiri, ada enam peminatan yang dapat dipilih: Epidemiologi, Gizi Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Setiap bidang memiliki cerita dan tanggung jawabnya masing-masing.

Penulis sendiri tertarik pada Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, bidang yang banyak bekerja di balik layar. Orang-orangnya kadang juga banyak bertemu pasien secara langsung, mereka berperan penting dalam mengatur bagaimana sistem pelayanan bisa berjalan dengan baik. Itulah sebabnya, pada hari Sabtu tanggal 18 Oktober, penulis memilih untuk mengamati seorang tenaga Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Puskesmas Mulyorejo.

Pagi itu, suasana puskesmas benar-benar sibuk. Orang datang silih berganti, beberapa membawa anak, yang lain menunggu di kursi panjang dengan wajah lelah. Penulis menunggu giliran sambil memperhatikan seorang petugas administrasi yang sedang bekerja. Gerakannya cepat tetapi teratur, suaranya lembut, dan ekspresinya ramah. Setiap kali pasien datang dengan berbagai pertanyaan, ia menjawab dengan sabar, tidak terburu-buru, dan selalu berusaha membuat lawan bicaranya tenang.

Sebelumnya penulis memiliki bayangan yang jujur saja cukup negatif tentang tenaga kesehatan. Dalam pikiran penulis, mereka adalah orang-orang yang sibuk, kaku, dan terkadang galak. Namun pengamatan hari itu mengubah cara pandang penulis. Di depan mata, seorang tenaga kesehatan menunjukkan sisi manusiawinya. Tidak hanya bekerja, tetapi juga belajar berempati.

Ketika giliran penulis tiba, petugas itu menyambut dengan senyum kecil dan menyapa dengan bahasa yang ringan, membuat penulis merasa nyaman. Namun yang membuat penulis kagum, ia dapat menyesuaikan gaya bicaranya dengan setiap pasien. Tadi penulis melihatnya berbicara pelan dengan seorang nenek, menggunakan Bahasa Jawa halus, penuh hormat dan sabar. Lalu ketika berbicara dengan penulis, ia berganti menjadi santai, seperti sedang berbincang dengan teman sebaya. Dari situ penulis memahami apa yang selama ini dipelajari di kelas. Inilah bentuk nyata komunikasi kesehatan. Ia bukan sekadar cara menyampaikan pesan, melainkan seni memahami manusia.

Di tengah proses administrasi, sempat terjadi sedikit masalah pada data penulis. Ada ketidaksesuaian nomor yang membuat berkas sempat tertunda. Penulis sempat bingung, tetapi sebelum sempat bertanya, petugas di meja sebelah langsung membantu menjelaskan dengan tenang. Tidak ada nada tinggi, tidak ada ekspresi kesal, hanya penjelasan yang runtut dan meyakinkan. Penulis memperhatikan caranya berbicara, intonasinya stabil, dan pandangannya fokus pada pasien. Dari sikap itu penulis belajar bahwa profesionalisme bukan hanya tentang kecepatan bekerja, melainkan tentang bagaimana menghadapi orang lain dengan empati dan tanggung jawab.

Sepulang dari puskesmas, penulis merenung lama. Ternyata dunia kesehatan masyarakat tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada banyak hal yang tidak terlihat dari luar—prosedur, etika, dan komunikasi yang membentuk kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan. Penulis belajar menilai sesuatu berdasarkan bukti, bukan asumsi. Penulis tidak lagi melihat tenaga kesehatan hanya sebagai pelaksana tugas, melainkan sebagai manusia yang berperan menjaga harapan orang lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |