Sendawa Sapi Berdampak Besar terhadap Pemanasan Global

6 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sendawa sapi ternyata memiliki dampak besar terhadap pemanasan global, tetapi para ilmuwan kini yakin telah menemukan solusi untuk menguranginya secara signifikan. Pertanian menyumbang sekitar 10 persen emisi gas rumah kaca di Inggris, dengan sembilan juta sapi dan anak sapi di negara tersebut menjadi penyumbang utama.

Sapi yang dibiakkan untuk menghasilkan lebih sedikit metana dalam sendawanya diprediksi dapat menjadi hal penting dalam upaya memerangi perubahan iklim, menurut para ilmuwan kepada Sky News.

Sebuah program pembiakan inovatif di Skotlandia terbukti sangat berhasil. Jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan sapi saat bersendawa atau buang gas dapat berkurang hingga 40 persen hanya dalam 20 tahun.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), sapi dan hewan ternak lainnya menghasilkan sedikitnya 12 persen emisi metana global. Metana merupakan gas yang mampu memerangkap panas 80 kali lebih besar di atmosfer dibandingkan karbon dioksida dalam 20 tahun pertama setelah dilepaskan, meski gas ini terurai dalam waktu sekitar 12 tahun. Karena itu, pengurangan emisi metana dapat memberikan hasil yang cepat terhadap penurunan pemanasan global.

Profesor Mike Coffey dari Scotland's Rural College menjelaskan, anak sapi yang lahir dari program pembiakan “Cool Cows” menghasilkan 2 persen lebih sedikit metana daripada induknya. “Ini permanen dan kumulatif. Begitu Anda memiliki hewan yang menghasilkan lebih sedikit metana, ia akan terus menghasilkan lebih sedikit metana sepanjang hidupnya,” ujar Coffey.

“Ketika Anda mengawinkannya dengan pejantan yang produksi metananya lebih rendah, keturunannya menghasilkan lebih sedikit metana lagi. Terus dilakukan berulang, dan dalam 20 tahun, Anda bisa menurunkan emisi hingga 40 persen,” katanya.

Metana dihasilkan oleh sapi, domba, dan hewan ruminansia lainnya ketika mikroba di usus mereka mencerna rumput dan pakan. Jumlah gas yang dihasilkan bergantung pada jenis mikroba di perut hewan, yang sebagian dipengaruhi oleh faktor genetik.

Perusahaan Semex telah mengembangkan tes DNA untuk memprediksi hewan mana yang akan menghasilkan lebih sedikit metana, memungkinkan para ilmuwan mencocokkan sapi jantan dan betina untuk program pembiakan.

Teknik in vitro fertilization (IVF) digunakan untuk menghasilkan lima hingga enam anak sapi dari induk pengganti setiap tahun, alih-alih hanya satu anak sapi. Cara ini mempercepat pengurangan metana tanpa modifikasi genetik.

Namun, para pakar keberlanjutan pangan menilai pembiakan sapi beremisi rendah belum cukup untuk mengatasi krisis iklim.

Emma Garnett dari Universitas Oxford mengatakan, ternak masih menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang juga melepaskan gas rumah kaca. “Ya, mari kita buat semuanya lebih efisien jika memungkinkan, karena dunia yang sepenuhnya vegan tidaklah mungkin,” ujarnya. “Namun, hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk tidak beralih ke pola makan yang lebih berbasis nabati. Cara paling efektif mengurangi metana dari sapi adalah dengan mengurangi jumlah sapinya.”

Data pemerintah Inggris menunjukkan konsumsi daging sapi telah turun 62 persen sejak 1980, terutama karena kekhawatiran soal kesehatan, kesejahteraan hewan, dan kini dampak iklim. Namun, konsumsi keju justru meningkat.

Profesor Coffey menambahkan, jika memilih untuk mengonsumsi daging atau susu, kita berupaya memproduksinya dengan dampak yang lebih rendah. "Sama seperti ketika Anda memilih mobil dengan emisi rendah atau naik bus, kami ingin memberi konsumen pilihan dan petani alat untuk mewujudkannya,” ujarnya.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |