Renyahnya Kripik Basreng dari Bandung hingga Bisa Tembus ke Pasar Jepang

4 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Di sebuah dapur produksi di daerah Cibaduyut Bandung Jawa Barat, kepulan aroma gurih memenuhi ruangan, berasal dari wajan-wajan besar yang terus menyala. Dari sanalah lahir Be’Chips, sebuah usaha camilan yang berdiri sejak 2018. Produk camilan ini, cukup beragam dari mulai batagor chips yang renyah, baso goreng yang gurih, keripik talas, keripik tempe, hingga camilan pisang manis.

Namun perjalanan Be’Chips tak selalu mulus. Pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya terombang-ambing. Di tengah situasi itu, Be’Chips memilih bertahan dan mencari jalan untuk tumbuh lebih besar.

Kesempatan itu datang pada Oktober 2022. Niko Saputra, pemilik Be’Chips, camilan khas Jawa Barat, membawa sampel produknya menuju Trade Expo Indonesia, sebuah Pameran dagang berskala besar yang digelar pada Oktober 2022 tapi sudah lama membuatnya penasaran.

Rasa penasaran itu tidak hadir begitu saja. Beberapa bulan sebelumnya, pada Agustus 2022 ketika pandemi baru mereda, Niko sempat mengikuti pelatihan ekspor yang diadakan Disperindag Kabupaten Bandung. Meski materi yang ia dapatkan hanya seputar pricing dan costing, pengalaman itu memancing rasa ingin tahunya.

Program pelatihan memang berhenti di tengah jalan, tapi justru di titik itulah ia mendengar tentang Trade Expo Indonesia, sebuah ajang besar yang rutin digelar setiap tahun. Sejak saat itu, ia menyimpan tekad untuk melihat langsung bagaimana peluang ekspor bisa dijajaki. Kemudian, pada Oktober 2022, ia akhirnya hadir sebagai pengunjung.

Sesampainya ia di Trade Expo Indonesia, ia tertegun. Pameran itu terasa sesak karena dipenuhi oleh ratusan orang yang berdesakan. Masing-masing dari mereka membawa mimpi yang sama seperi Niko, yakni menimba ilmu. Suara riuh percakapan bercampur dengan langkah tergesa, sementara antrean mengular panjang menuju meja konsultasi, membuat Niko takjub menyadari betapa besar keinginan orang-orang disana untuk dapat berbisnis, menembus pasar global. Ramai dan panjangnya antrean tidak menurunkan semangatnya sebab ia tahu, kesempatan ini tidak akan datang dua kali.

Di tengah keramaian Trade Expo itu, langkah Niko justru terarah pada satu stan yang menarik perhatiannya, yaitu Jepang. Dari sanalah ia pertama kali mendengar pemaparan Teguh Wahyudi, seorang pembicara yang rutin hadir setiap tahun. Niko menyimak dengan seksama, mencatat nama perusahaan, bidang usaha, hingga kiat-kiat yang dibagikan. Ia pun, memberanikan diri menghampiri, menyerahkan sampel camilan, brosur, hingga kartu nama.

Dari pertemuan singkat itu, komunikasi berlanjut lewat email dan WhatsApp, membuka jalan kecil untuk memahami lebih dalam bagaimana ketatnya standar Negeri Sakura. Mulai dari kemasan yang rapi, kebersihan tanpa cela, hingga pelabelan yang detail, menjadi ilmu baru bagi Niko.

Kemudian, menurut Niko, pada 2023 ia kembali mengikuti pelatihan, kali ini di tingkat provinsi. Program itu berjalan selama 8 bulan dengan materi yang begitu detail dan padat hingga Niko mengakui mustahil baginya untuk menyerap semuanya sekaligus. Lalu, ia memilih untuk fokus pada materi-materi yang menurutnya memiliki peluang untuk ia praktikkan.

"Dari pelatihan yang dikenal sebagai ECP itu, saya banyak mendapat bekal penting. Yaitu, belajar cara bernegosiasi, membuat profil perusahaan, menyusun harga produk, hingga menyiapkan anggaran untuk promosi. Lebih dari sekadar teori, pelatihan itu menguatkan mental dan kesiapan untuk menghadapi berbagai peluang nyata di lapangan," ujar Niko, saat Pelepasan Ekspor Produk Be'Chips, belum lama ini.

Tak butuh waktu lama, ilmu yang dipelajarinya langsung ia terapkan. Pada November 2023, Be’Chips resmi menapakkan kaki di pasar internasional lewat ekspor perdana ke Jepang. Saat itu jumlahnya masih sebatas percobaan, sebanyak 54 karton, bekerja sama dengan Diaspora Indonesia. Meski kecil, langkah awal itu menjadi titik balik penting yang kelak membuka jalan bagi peningkatan ekspor di tahun-tahun berikutnya.

"Saya bersyukur pada 2024, Be’Chips resmi menjadi UMKM binaan Bank Indonesia. Dari sana, saya pun kembali mengikuti pelatihan ECP meski dalam bentuk sesi-sesi khusus, bukan program penuh," katanya.

Saat itu, kata dia, materi yang diberikan terasa sangat relevan yakni bagaimana menjaga keberlangsungan perusahaan, menyiapkan strategi finansial, hingga memahami proses pengajuan pembiayaan ke bank. Selain itu, ia juga merasakan kemudahan dari berbagai lembaga lain, mulai dari Bea Cukai hingga IPSKA yang memfasilitasi pengurusan Certificate of Origin (COO). "Semua dukungan ini, menjadi faktor penting yang memungkinkan Be’Chips menembus pasar Jepang," katanya.

Terbukti, kata dia, di tahun yang sama, capaian Be’Chips pun meningkat signifikan. Jika pada 2023 ekspor masih sebatas percobaan, maka pada 2024 pengirimannya sudah mencapai skala kontainer 20 kaki dengan kapasitas sekitar 770 karton, atau setara 19.000–20.000 bungkus produk, tergantung varian. Sepanjang tahun itu, Be’Chips berhasil mengekspor tiga kali, masing-masing pada bulan Februari, Mei, dan November. "Bagi saya, pencapaian tersebut bukan hanya soal volume penjualan, tetapi juga bukti bahwa produk lokal mampu mendapat tempat di pasar Jepang yang terkenal ketat akan standar kualitasnya," katanya.

Memasuki 2025, kata dia, Be’Chips kembali melanjutkan perjalanannya di pasar internasional. Tahun ini, Niko bersiap melepas ekspor yang ke-9 ke Jepang, membuktikan konsistensi dan keberlanjutan usahanya setelah dua tahun menembus pasar Negeri Sakura. Pencapaian ini sekaligus menjadi bukti nyata dari program hilirisasi yang terus didorong Disperindag Jawa Barat bagi IKM. 

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |