Jakarta -
Media sosial diramaikan oleh kabar yang menyebut omzet Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menurun. Daya beli yang melemah dituding sebagai penyebabnya.
Ketua Umum Asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny pun menyampaikan sejumlah penyebab fenomena tersebut terjadi. Hermawati menilai penjualan hingga omzet yang menurun terjadi sejak berbulan-bulan lalu. Menurut Hermawati, hal ini terjadi lantaran daya beli masyarakat yang melemah hingga efisiensi yang diterapkan pemerintah.
"Sebenarnya kan ini sudah dari bulan-bulan kemarin tuh UMKM memang pendapatannya turun ya. Ditambah dengan memang daya beli masyarakat turun karena memang pendapatannya stuck atau mungkin malah berkurang sehingga mereka harus mengencangkan ikat pinggang gitu loh," kata dia kepada detikcom, Senin (2/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga menyoroti produk-produk impor yang dijual murah di Indonesia. Beberapa produk impor yang dapat mengancam UMKM, seperti makanan kemasan, buah-buahan hingga perlengkapan rumah tangga. Menurut dia, produk impor dibanderol dengan harga murah menjadi pemicu UMKM kalah saing.
"Itu kan produk impor itu dari makanan kemasan, dari buah saja kan ada dari kosmetik, dari perlengkapan rumah tangga yang plastik-plastik yang seharusnya Indonesia bisa bikin kan, tapi kan harganya tetap nggak bisa bersaing. Nah itu juga banyak banget semua lini tuh kayaknya udah masuk deh produk-produk dari China khususnya ya. Apalagi kayak apa yang berkaitan dengan teknologi gitu kan," imbuh Hermawati.
Senada, Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Edy Misero menilai penjualan UMKM yang menurun tak lepas dari harga barang bahan baku yang naik. Selain itu, daya beli dan efisiensi dari pemerintah juga menjadi pemicu utamanya.
"Pasti penurunan omset karena daya beli masyarakat yang menurun. Masyarakat sekarang berhitung-hitung mencoba melihat yang mana sih yang menjadi kebutuhan primer. Contoh-contoh sederhana biasanya misalnya beli baju fashion sebulan dua kali, sekali aja Atau bulan ini nggak usah deh," kata Edy kepada detikcom.
Edy mengakui hampir semua lini bisnis UMKM mengalami penurunan. Kendati begitu, sektor-sektor makanan dan fesyen yang paling berdampak.
"Fesyen pasti turun, kuliner juga menurun. Setiap hari jajan di mana sekarang udah deh. Jadi semua aspek bisnis mengalami penurunan," imbuh dia.
Keluhan terkait penjualan yang menurun ini sempat menjadi perbincangan di media sosial X. Akun @bbb***** mengunggah sebuah cuitan yang mengeluhkan penjualan dagangannya menurun akhir-akhir ini. Unggahan tersebut mengundang respons yang serupa di kolom komentar.
"Guys kalian yang jualan ngerasa turun banget ga si akhir-akhir ini?" tulisnya.
Senada, hal serupa juga dirasakan beberapa pelaku UMKM makanan, seperti di pempek, kue, hingga bahan pokok, seperti sayuran. Penjualan yang menurun tentunya berpengaruh pada omzet yang ikut menurun.
"Kak tau ga aku jual nasi dan pempek udah 2 minggu ini 0 pembeli. Dessert aku hari ini gak laku, kemarin laku juga laku dikit. Emang lagi badai kak, orang banyak kena PHK, bahkan PNS aja kena efisiensi, baru kali ini ngerasa separah ini," tulis akun @nama********.
(acd/acd)