REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis (16/10/2025), menuduh “elit Barat tertentu” secara artifisial mengganggu sistem energi global. Berbicara pada sesi pleno forum internasional Pekan Energi Rusia ke-8 di Moskow, Putin menyampaikan perspektif Rusia tentang tantangan yang dihadapi sektor bahan bakar dan energi global. Salah satunya adalah restrukturisasi hubungan energi dunia.
Putin menggambarkan restrukturisasi itu sebagai “proses alami dan objektif” di tengah munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan meningkatnya konsumsi energi di kawasan tersebut.
“Pada saat yang sama, kita juga menyaksikan gangguan artifisial pada sistem energi, yang didorong oleh tindakan agresif dan tegas dari elit Barat tertentu,” kata Putin.
Ia mengatakan banyak negara Eropa telah menolak membeli pasokan energi Rusia “di bawah tekanan politik”, dan dampaknya kini terlihat jelas di Uni Eropa.
Menurutnya, dampak itu antara lain berupa “penurunan output industri, kenaikan harga akibat minyak dan gas impor yang lebih mahal, serta penurunan daya saing barang-barang Eropa dan ekonomi secara umum.”
Presiden Rusia tersebut menuturkan rantai pasokan energi kini tengah mengalami transformasi, dengan logistik yang semakin bergeser ke belahan bumi selatan — terutama ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.
“Pergeseran ini melibatkan rute yang lebih andal, pengembangan hub dan pelabuhan baru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen energi saat ini maupun di masa mendatang,” ujarnya.
Putin mengatakan Rusia tetap mempertahankan posisinya sebagai produsen minyak terkemuka, “meskipun terdapat mekanisme persaingan tidak sehat” yang digunakan untuk melawannya.
Ia menyatakan Moskow menyumbang sekitar 10 persen dari produksi minyak global dan diperkirakan akan memproduksi 510 juta ton minyak tahun ini.
Putin juga menyoroti neraca energi Rusia sebagai “salah satu yang terhijau di dunia”, dengan 87 persen produksi energi negara itu memiliki jejak karbon rendah atau nol.
“Rusia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki kompetensi di seluruh rantai pembangkit listrik tenaga nuklir,” ujarnya. Ia mencatat bahwa Rusia terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bangladesh, Mesir, dan Turki.
“Kami bermaksud untuk lebih mengembangkan kerja sama di industri nuklir dengan negara-negara Selatan dan negara-negara BRICS. Kami bekerja sangat aktif di bidang ini,” kata Putin.
Ia menambahkan, para ahli meyakini energi nuklir akan menjadi pilar utama keseimbangan energi global di masa depan, dan kapasitas tenaga nuklir dunia diperkirakan akan hampir dua kali lipat pada 2050.
sumber : ANTARA/REUTERS