Pari Jawa Jadi Ikan Laut Pertama yang Punah karena Manusia

2 days ago 11

Pari Jawa Jadi Ikan Laut Pertama yang Punah karena Manusia

Pari Jawa Jadi Ikan Laut Pertama yang Punah karena Manusia (BBC)

JAKARTA - Pari Jawa menjadi ikan laut pertama yang dinyatakan punah akibat ulah manusia. Hal ini mungkinkah terjadi pada spesies lainnya?

Di perairan pesisir Australia yang cerah, Julia Constance sering mencari ikan pari. Ikan bertubuh pipih ini wujudnya seperti ikan pari mini, tapi sebenarnya berbeda. Pari Jawa berukuran lebih kecil dan lebih sulit dipahami.

“Mereka berkarakter sangat tenang,” kata Constance, kandidat PhD di Charles Darwin University di Darwin, Australia, melansir BBC, Rabu (1/1/2025).

Pari Jawa tidak berenang bersama manusia seperti pari manta, kata Constance, sambil mengenang wujud pari Jawa yang pucat pasi yang dia lihat saat ekspedisi snorkeling.

“Kalau mahir, Anda bisa melihat mereka saat terkubur sepenuhnya di bawah pasir,” tuturnya.

Tapi ada satu jenis ikan pari yang mungkin tidak akan pernah dilihatnya hidup-hidup, bersembunyi di dasar laut.

Desember lalu, Constance dan rekan-rekannya mempublikasikan sebuah kajian tentang ikan pari Jawa yang misterius, spesies yang tidak pernah didokumentasikan oleh para ilmuwan selama lebih dari 160 tahun.

Constance dan rekan-rekannya menyatakan bahwa spesies ini telah punah.

Lebih buruknya lagi, ikan pari Jawa adalah ikan laut pertama yang dianggap telah punah karena aktivitas manusia.

Ini adalah berita yang sangat mengejutkan dan kontroversial.

“Ini adalah kesimpulan yang sangat besar,” kata Constance.

“Ini benar-benar menyinggung banyak pihak.”

Pari Jawa adalah salah satu spesies yang sangat misterius dan hanya sedikit diketahui oleh para ilmuwan.

Hanya ada satu spesimen di museum, yang dibeli oleh seorang ahli zoologi Jerman di sebuah pasar ikan di Jakarta pada tahun 1862.

Beberapa pengamat mempertanyakan, bagaimana kita bisa yakin bahwa ini benar-benar spesies yang berbeda, dan bahwa manusia bertanggung jawab atas kepunahannya?

Spesimen tunggal itu, yang disimpan oleh Museum Sejarah Alam di Berlin, hanya memiliki panjang 33 cm, termasuk ekornya.

Warna kulitnya kemungkinan besar telah memudar menjadi warna kecoklatan pucat. Ini adalah seekor betina, tetapi Constance mengaku tidak benar-benar tahu apakah dia masih remaja atau sudah dewasa.

Untuk mengetahuinya, peneliti perlu membedahnya dan memeriksa organ reproduksinya.

Namun karena ini adalah satu-satunya spesimen, itu tidak mungkin dilakukan.

“Bentuknya sangat, sangat bulat untuk ukuran seekor ikan pari,” kata Constance, mengacu pada tubuh hewan yang seperti cakram.

Pari Jawa sangat berbeda dengan jenis ikan pari lainnya, dan berada di sekitar di area yang sebelumnya tak pernah ditemukan spesies pari lainnya. Jadi, Constance yakin bahwa pari Jawa bukanlah hibrida.

Walaupun, dia mengaku hanya bisa memeriksa spesimen pari Jawa dari foto karena penelitiannya dilakukan saat puncak pandemi Covid-19 yang membuatnya tidak bisa bepergian.

Soal kesimpulan bahwa spesies ini punah akibat aktivitas manusia, Constance mengatakan bahwa dia dan timnya sangat bergantung pada catatan aktivitas industri perikanan dari Indonesia.

Ini termasuk data dari survei ekstensif yang dilakukan di tempat pelelangan ikan sejak tahun 2001.

“Ada dorongan yang sangat, sangat besar untuk mulai mendokumentasikan tangkapan hiu dan pari di seluruh Indonesia,” kata Constance.

“Pari Jawa akan sangat mudah diidentifikasi kalau memang ada di sana.”

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |