McKinsey Prediksi Bahan Bakar Fosil Masih Mendominasi Bauran Energi Hingga Paruh Abad

4 hours ago 5

Kilang minyak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Laporan terbaru McKinsey & Company memprediksi bahan bakar fosil masih akan mendominasi pasokan energi global bahkan setelah tahun 2050. Lambatnya transisi energi dinilai tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan listrik dunia yang melonjak tajam.

Menurut McKinsey, permintaan minyak global baru akan mencapai puncaknya sekitar 2030. Setelah itu, meski energi terbarukan terus berkembang, bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara, diperkirakan tetap menyumbang 41 hingga 55 persen konsumsi energi dunia pada 2050. Angka ini memang turun dari 64 persen saat ini, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Kenaikan permintaan listrik sebagian besar dipicu sektor industri dan bangunan yang diperkirakan tumbuh antara 20 hingga 40 persen. McKinsey menyoroti pusat-pusat data di Amerika Utara sebagai penyumbang terbesar lonjakan kebutuhan energi.

Di Amerika Serikat, konsumsi listrik dari pusat data diprediksi melonjak hampir 25 persen per tahun hingga 2030, sedangkan rata-rata global mencapai 17 persen per tahun.

Laporan itu juga menyebutkan, meski kapasitas energi terbarukan seperti surya dan angin akan meningkat signifikan, penggunaan batu bara dan gas alam masih akan bertahan karena kebutuhan pasokan listrik yang stabil. McKinsey menilai bahan bakar alternatif seperti hidrogen hijau dan biofuel belum akan diadopsi luas sebelum 2040, kecuali ada dorongan kuat dari regulasi pemerintah.

“Permintaan energi yang tumbuh lebih cepat dari kapasitas transisi menjadi tantangan besar bagi dekarbonisasi global,” tulis McKinsey dalam laporannya.

Perusahaan itu juga menyoroti risiko geopolitik, potensi resesi energi, tarif, dan lambatnya inovasi teknologi sebagai faktor yang memperlambat pergeseran dari bahan bakar fosil.

Meski demikian, McKinsey memperkirakan energi terbarukan akan menyumbang 61 hingga 67 persen dari bauran listrik global pada 2050. Namun, banyak negara dinilai masih menempatkan ketahanan dan keterjangkauan energi di atas ambisi emisi nol bersih yang tertuang dalam Perjanjian Paris.

sumber : Reuters

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |