Ini Faktor Penentu Proyek Carbon Capture Storage di RI Bisa Berhasil

1 week ago 10

Jakarta -

Indonesia memiliki potensi investasi triliunan rupiah untuk pengembangan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) yang bertujuan mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂). Namun, kesuksesan teknologi ini sangat bergantung pada peran metrologi dalam memastikan akurasi pengukuran, yang menjadi dasar penghitungan insentif karbon, perdagangan karbon, dan pelaporan internasional.

Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) menjadi salah satu strategi utama untuk mengurangi emisi karbon dari sektor industri dan energi. Dengan potensi investasi besar, Indonesia berencana untuk mengembangkan teknologi ini di wilayah Laut Jawa, yang diperkirakan akan menyedot dana hingga US$38 miliar atau sekitar Rp640 triliun pada 2030. Namun, untuk memastikan keberhasilan implementasi teknologi ini, metrologi memegang peranan penting dalam menyediakan sistem pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.

Plt. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Y. Kristianto Widiwardono, menegaskan bahwa sistem pengukuran yang presisi sangat diperlukan untuk menjamin setiap ton CO₂ yang ditangkap, ditransportasikan, dan disimpan dapat dihitung secara akurat. Hal ini, kata Kristianto, juga memberikan dasar bagi perhitungan insentif karbon, perdagangan karbon, dan pelaporan kepada lembaga internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Metrologi memegang peranan penting dalam mendukung CCS secara menyeluruh," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (21/5/2025).

Metrologi yang andal menjadi kunci untuk memastikan bahwa proses penangkapan karbon dari industri dan pembangkit listrik berbahan bakar fosil berjalan dengan efektif. Selain itu, pengukuran yang tepat terkait laju alir, tekanan, suhu, dan kualitas CO₂ pada setiap tahap penangkapan, transportasi, dan penyimpanan sangat penting agar teknologi CCS dapat berjalan dengan efisien dan aman.

BSN melalui Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), yang berfungsi sebagai Lembaga Metrologi Nasional, turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi CCS dengan menyediakan bahan acuan untuk pengukuran CO₂ yang telah diakui internasional. SNSU BSN juga telah mengembangkan sistem pengukuran untuk emisi kendaraan dan cerobong yang tercatat dalam Key Comparison and Calibration Database (KCDB) Biro Internasional untuk Ukuran dan Timbangan (BIPM).

Di sisi lain, SNSU BSN, bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan proyek PTB-BSN, tengah mengembangkan standar campuran gas rumah kaca yang akan mendukung keterbandingan dan ketertelusuran pemantauan emisi karbon di tingkat nasional. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas infrastruktur metrologi nasional yang sangat dibutuhkan dalam mendukung transparansi dan akurasi pengukuran dalam sistem CCS.

Peringatan Hari Metrologi Sedunia pada 20 Mei 2025 mengangkat tema "Pengukuran untuk Segala Masa, untuk Semua Orang", menggarisbawahi pentingnya peran metrologi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Tema ini juga merayakan 150 tahun Konvensi Meter, yang menjadi dasar penting dalam kerja sama internasional di bidang pengukuran.

Melalui penguatan infrastruktur metrologi, BSN berharap dapat memperkuat kepercayaan publik dan internasional terhadap komitmen Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim, sekaligus mendukung keberhasilan implementasi teknologi CCS yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

(rrd/rir)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |