Sejumlah warga memperlihatkan magot di Kampung Magot, Sunter Agung, Jakarta Utara, Sabtu (5/7/2025).
Warga setempat berinisiatif memelihara magot larva lalat Black Soldier Fly, untuk mengelola sampah organik sekaligus menambah penghasilan keluarga.
Setiap pagi, sisa makanan rumah tangga dan warung-warung kecil dikumpulkan, dicacah, lalu dimasukkan ke kotak-kotak budidaya magot yang tersebar di hampir setiap rumah.
Hasilnya tidak main-main. Setiap rumah bisa menghasilkan kiloan magot kering yang laku dijual ke peternak dengan harga yang menguntungkan.
Anak-anak pun mulai belajar memilah sampah sejak dini, karena tahu bahwa kulit buah dan sisa sayur pun punya “tujuan baru”.
Dengan peralatan sederhana seperti ember bekas, jaring nyamuk, dan atap seng, warga mengubah lorong-lorong sempit menjadi tempat produksi pakan bernutrisi tinggi untuk ternak.
Lebih dari itu, kampung ini juga mengalami perubahan besar. Sampah organik berkurang drastis, lingkungan menjadi lebih bersih, bebas bau, dan tidak lagi menjadi sarang lalat rumah.
Kini, setiap sisa sayur atau buah tak lagi terbuang, melainkan diubah menjadi peluang ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Dari sampah dapur yang dulunya memicu bau dan lalat, kini justru menjadi sumber rupiah yang menyejahterakan warga.
Kampung Magot di Sunter Agung menjadi bukti nyata bahwa solusi lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil di rumah, tanpa harus menunggu pemerintah atau investor besar