Ekspor China Banjiri Pasar Indonesia di Tengah Tarif Trump, Impor Mobil Listrik Meroket

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ekspor China ke kawasan Asia Tenggara berhasil tumbuh melejit termasuk di antaranya ke Indonesia. Kenaikan ini terjadi ketika perang dagang yang digencarkan Donald Trump mendorong Beijing mempererat hubungan dagangnya dengan negara-negara tetangga di kawasan.

Data resmi dari enam ekonomi terbesar Asia Tenggara yakni Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Malaysia menunjukkan ekspor China meningkat 23,5 persen dari 330 miliar dolar AS menjadi 407 miliar dolar AS pada sembilan bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data tersebut dihimpun oleh ISI Markets untuk harian Financial Times.

Dikutip dari Aljazeera pada Senin (8/12/2025), ekspor China ke enam negara itu juga telah berlipat ganda dalam lima tahun terakhir. Sementara itu, surplus perdagangan China dengan kawasan berhasil mencapai rekor tertinggi tahun ini. 

Kepada Financial Times, Kepala Ekonom Lowy Institute Roland Rajah mengatakan China selama ini sering dikritik karena dianggap membanjiri pasar Asia Tenggara dengan barang murah yang mengancam produsen lokal. Namun, beberapa tahun terakhir kondisi itu semakin diperbesar oleh lonjakan tarif Amerika Serikat terhadap produk asal Negeri Tirai Bambu.

Sejumlah ekonom menilai gelombang ekspor terbaru ini kemungkinan terkait upaya menghindari tarif tinggi AS terhadap barang produksi China, yang kini mencapai sekitar 47 persen. Sebagai perbandingan, tarif banyak negara Asia Tenggara berada di kisaran 19 persen.

Pemerintah AS memperingatkan perusahaan yang mencoba menyembunyikan asal-usul produk China dengan mengalihkan jalur pengiriman melalui negara ketiga demi menghindari tarif. Washington menegaskan barang semacam itu dapat dikenai biaya transshipment hingga 40 persen. Meski begitu, belum jelas bagaimana aturan itu diterapkan di lapangan.

Dalam makalah penelitiannya, Rajah memperkirakan ekspor China ke Asia Tenggara melonjak hingga 30 persen pada September lalu dibandingkan tahun sebelumnya. Ia menyebut gelombang terbaru ini berbeda dari lonjakan-lonjakan sebelumnya.

“Meski mereka menekan ruang para eksportir lain di kawasan, banyak dari barang yang dikirim China justru berkontribusi terhadap pertumbuhan,” katanya.

Ia menambahkan penelitiannya menunjukkan hingga 60 persen ekspor China tahun ini berupa komponen yang dipakai industri manufaktur Asia Tenggara sebelum dikirim kembali ke pasar global.

Untuk barang konsumsi, China semakin mendominasi sebagai pemasok utama ke Asia Tenggara dengan merebut pangsa pasar dari negara lain. Ekonom Doris Liu, mantan peneliti di Institute for Democracy and Economic Affairs Malaysia, menilai surplus produksi China, khususnya barang konsumsi murah memerlukan pasar baru. Asia Tenggara, kata dia, menjadi tujuan paling logis karena faktor kedekatan geografis, logistik, dan skala pasar.

Salah satu sektor yang paling mencolok adalah otomotif. Konsumen Asia Tenggara dalam jumlah besar berpindah dari mobil Jepang seperti Toyota, Honda, dan Nissan, ke kendaraan listrik berharga terjangkau buatan produsen China seperti BYD.

Menurut PricewaterhouseCoopers, pangsa pasar produsen Jepang turun menjadi 62 persen dari total penjualan mobil di enam pasar terbesar Asia Tenggara pada paruh pertama 2025. Angka ini turun dari rata-rata 77 persen pada dekade pertama abad ke-21.

China meningkatkan pangsa pasarnya dari level sangat kecil menjadi lebih dari 5 persen dari total penjualan tahunan 3,3 juta unit mobil di kawasan.

Sejumlah negara Asia Tenggara merespons fenomena ini dengan memperketat aturan impor dan mempertimbangkan tarif baru untuk melindungi produsen lokal dari masuknya produk China yang lebih murah.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |