REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak sekolah dihadapkan pada risiko tinggi mengalami burnout yaitu kondisi kelelahan mental, fisik, dan emosional secara menyeluruh. Tekanan akademik yang berat, tuntutan ekstrakurikuler, hingga kecemasan terhadap masa depan membuat anak semakin rentan mengalami stres berkepanjangan.
Psikolog klinis dari Lissun, Meghna Kanwat, mengatakan orang tua berperan penting dalam memberi dukungan yang tepat bagi anak. Dukungan pertama yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan menetapkan tujuan dan ekspektasi yang realistis.
"Orang tua jangan menuntut anaknya untuk selalu sempurna. Tetapkan ekspektasi yang realistis. Denngan begitu dapat membantu mengurangi kecemasan pada anak," kata Meghna seperti dilansir laman Hindustan Times, Jumat (17/10/2025).
Tak hanya anak, orang tua pun perlu memperhatikan kondisi mental mereka sendiri. Menurut Meghna, stres dan kelelahan yang dialami orang tua dapat berdampak langsung pada anak.
Meghna juga menekankan pentingnya memperkuat hubungan antara orang tua dan anak melalui komunikasi terbuka, respons emosional yang hangat, serta membangun ketahanan mental anak. "Respons yang penuh empati membuat anak merasa aman dan didengarkan," kata dia.
Burnout pada anak bisa dikenali dari sejumlah tanda di antaranya kelelahan berkepanjangan, bersikap sinis, prestasi akademik turun, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Meghna menegaskan, empati adalah kunci untuk menjaga komunikasi tetap terbuka dan sehat.
Menurutnya, anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah menghadapi tantangan yang berbeda, sehingga pendekatannya pun perlu disesuaikan. Pada anak-anak usia sekolah dasar, Meghna menyarankan orang tua untuk menciptakan jadwal yang seimbang antara bermain, istirahat, dan belajar.
"Hindari membebani anak dengan terlalu banyak kegiatan kompetitif atau tuntutan berlebihan sejak dini. Anak perlu ruang untuk mengeksplorasi, beristirahat, dan berkembang sesuai dengan ritmenya sendiri," kata dia.
Sementara itu, bagi anak usia sekolah menengah dan remaja, pendekatannya sedikit berbeda. Selain menerapkan keseimbangan kegiatan seperti pada anak yang lebih muda, orang tua juga disarankan untuk mengajarkan keterampilan regulasi diri seperti teknik pernapasan dalam dan latihan grounding.
"Bantu mereka merefleksikan nilai dan prioritas hidup, jaga hubungan yang kuat dengan pihak sekolah agar mereka merasa didukung, bukan hanya dievaluasi," kata dia.