Jakarta -
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 5,12% (year on year/yoy). Sementara, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau kuartal I-2025 tumbuh sebesar 4,04%.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengungkapkan setidaknya ada tiga penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%.
3 Motor Pendorong Ekonomi RI:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pertumbuhan Lapangan Usaha
Seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada kuartal II-2025. Lapangan usaha yang mencatat pertumbuhan signifikan adalah Jasa Lainnya sebesar 11,31% didorong oleh peningkatan jumlah perjalanan wisatawan seiring adanya hari besar keagamaan dan cuti bersama; diikuti oleh pertumbuhan Jasa Perusahaan sebesar 9,31%; Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,52%; serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,04%.
"Jadi mobilitas penduduk di triwulan II ini betul-betul sangat meningkat," kata Edy dalam konferensi pers, Selasa (5/8/2025).
2. Konsumsi Rumah Tangga
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi pada hampir semua komponen pengeluaran kecuali komponen konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi 0,33%. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 10,67%; diikuti Komponen Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 7,82%; Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99%.
Selain itu, Komponen Konsumsi Rumah Tangga yang memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi tumbuh 4,97% dan Komponen Impor Barang dan Jasa (yang merupakan faktor pengurang dalam PDB menurut Pengeluaran) tumbuh sebesar 11,65%.
"Faktor yang mendorong konsumsi rumah tangga utamanya adalah meningkatnya kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga. Kita tahu mobilitas penduduk cukup tinggi di triwulan II, kemudian meningkatnya kebutuhan primer untuk beberapa kegiatan karena memang ada momentum hari libur, hari besar keagamaan dan sebagainya," ucap Edy.
Tercatat transaksi belanja masyarakat secara online tumbuh 7,55% pada kuartal II-2025 dibandingkan kuartal I-2025. Hal ini seiring dengan adanya fenomena Roh Halus yakni rombongan hanya ngelus di pusat perbelanjaan, tetapi belinya lewat online.
"Jadi ada hal baru yang mungkin belum pernah diungkap yaitu fenomena adanya shifting dari belanja secara offline ke online yang barangkali belum pernah diungkap. Jadi kita memang mudah melihat fenomena secara langsung atau secara offline, tapi secara online barangkali cukup sulit untuk bisa dilihat," tutur Edy.
3. Paket Stimulus Pemerintah
Edy menilai kebijakan paket stimulus dari pemerintah turut menopang kinerja perekonomian. Stimulus yang dimaksud di antaranya diskon transportasi, penebalan bansos, subsidi upah, hingga diskon iuran jaminan kecelakaan kerja (JKK).
"Hasil respons kebijakan juga turut menopang kinerja perekonomian, salah satunya kebijakan paket stimulus untuk menjaga daya beli," imbuh Edy.
(aid/hns)