Tim Literasi Keuangan OJK Sambangi Pelosok, Edukasi Masyarakat 3T

4 hours ago 4

Ambon -

Di balik keindahan Kepulauan Maluku terdapat sejumlah kawasan yang masih masuk sebagai daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) seperti di Bula dan Pulau Geser di Seram Bagian Timur.

Kedua daerah tersebut bisa dikatakan sebagai kawasan 3T. Sebab kawasan tersebut memiliki keterbatasan di sejumlah aspek seperti infrastruktur, akses yang sulit, hingga kurangnya layanan dasar.

Mengingat keterbatasan tersebut, OJK menjadikan daerah 3 T sebagai wilayah sasaran untuk program literasi dan inklusi keuangan yang diharapkan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan dan melindungi masyarakat di daerah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bupati Seram Bagian Timur Fachri Husni Alkatiri mengakui masih banyak warga yang minim mengetahui informasi terkait literasi keuangan. Menurutnya, mereka cenderung memanfaatkan sistem-sistem keuangan tradisional yang memiliki risiko tinggi, salah satunya rentenir.

"Nah, soal literasi keuangan di masyarakat. Saya rasa masyarakat kami di Kabupaten Seram Bagian Timur masih butuh, peningkatan pemahaman soal keuangan," kata Fachri kepada detikcom di Kantor Bupati Seram Bagian Timur, Maluku, Selasa (15/7/2025).

Pantauan detikcom di lokasi, tim literasi keuangan OJK memulai perjalanan dari Ambon untuk menuju Bula sekitar pukul 04.00 WIT. Dari Kota Ampun, rombongan harus menempuh perjalanan menuju pelabuhan sekitar 1 jam perjalanan darat.

Tiba di Pelabuhan Hunimua, rombongan kembali melanjutkan perjalanan dengan Kapal Ferry KMP. Bada Leon untuk sampai Pelabuhan Waipirit sekitar 2 jam perjalanan laut. Perjalanan yang cukup menantang baru terasa setelah melewati Pelabuhan Waipirit.

Pasalnya, rombongan harus menempuh perjalanan darat dengan kendaraan roda empat sekitar 15-18 jam perjalanan untuk sampai di Bula, Seram Bagian Timur. Sepanjang perjalanan tim harus melewati hutan yang kalau malam hari kondisinya sangat gelap karena tidak ada lampu jalan. Adapun rute yang dilalui rombongan yakni Pelabuhan Hunimua, Neniari, Kawa, Lisabata Barat, Horale, Sawai, Benggoi, dan Bula.

Untuk sampai di Bula bukan perkara mudah. Rombongan harus melewati banyak tikungan yang cukup tajam dan kiri kanan jurang hingga hutan yang masih cukup terjaga di sepanjang perjalanan. Memasuki kawasan Taman Nasional Manusela, perjalanan menuju Bula kembali terasa lebih menantang.

Tim literasi keuangan OJK sambangi pelosokFoto: Dea Duta Aulia

Ketika melintasi kawasan tersebut, rombongan banyak menemukan jalan-jalan yang mengalami longsor, bahkan beberapa kali membuat kendaraan sedikit terperosok. Selain itu, ketika melewati Taman Nasional Manusela, tim literasi keuangan OJK tidak jarang harus menurunkan kecepatan karena sejumlah titik jalanan mengalami longsor.

Setibanya di Bula, keesokan harinya, tim literasi keuangan OJK pun mengadakan sejumlah kegiatan yakni melakukan edukasi keuangan, salah satunya kepada ASN. Dalam pemaparannya, tim literasi keuangan OJK mendorong ASN di Bula untuk bijak dan teliti dalam mengambil kredit.

OJK pun mendorong agar para ASN mengetahui hak dan kewajiban mereka sebelum mengambil kredit. Hal ini bertujuan guna meminimalisir risiko gagal bayar. Serta mendorong ASN dan masyarakat untuk memanfaatkan lembaga jasa keuangan resmi seperti perbankan.

Tak hanya itu, tim literasi keuangan OJK pun turut mendorong ASN dan warga untuk tidak memanfaatkan pinjaman online ilegal (pinjol). Sebab pinjol hanya akan merugikan penggunanya.

Fachri mengakui saat ini, masih banyak warganya yang cenderung lebih memiliki memanfaatkan lembaga keuangan yang legalitasnya masih dipertanyakan. Bahkan tidak sedikit dari warga yang justru rela untuk mendapatkan bunga pinjaman yang cukup besar untuk permodalan. Padahal untuk memulai modal usaha bisa memanfaatkan perbankan dengan bunga yang cenderung tidak membebankan.

"Masih banyak masyarakat kami taruhlah di urusan mendapat permodalan atau menyelesaikan soal-soal kebutuhan keuangan mereka, itu yang justru memilih pilihan yang sebenarnya menyusahkan mereka sendiri, seperti meminjam pada lembaga-lembaga yang belum jelas statusnya. Itu cukup banyak yang ada di Kabupaten kami. Lembaga yang memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi," ungkap Fachi.

Untuk itu, dia pun memuji langkah tim literasi keuangan OJK telah turun ke daerah 3T untuk melakukan edukasi. Fachri berharap kegiatan semacam ini bisa meningkatkan literasi keuangan dan mensejahterakan masyarakat. Serta menghindarkan masyarakat dari beban-beban finansial di masa mendatang.

"Karena mereka atau OJK bisa melakukan fungsinya untuk memberi semacam, pemahaman terhadap dua belah pihak, baik yang melaksanakan jasa keuangan ataupun terhadap masyarakat," tuturnya.

OJK Pastikan Bakal Genjot Literasi Keuangan di 3T

Sementara itu, Kepala OJK Maluku Andi Muhammad Yusuf mengatakan kegiatan edukasi tersebut sejalan dengan semangat OJK untuk meningkatkan literasi keuangan di berbagai daerah, termasuk 3T.

"Pelaksanaan kegiatan edukasi keuangan ini tentu didasari oleh program kerja Otoritas Jasa Keuangan khususnya di Maluku ini, untuk bisa melaksanakan kegiatan sosialisasi edukasi ini di seluruh kalangan masyarakat termasuk tentu saja di wilayah 3T. Sehingga kita sudah memang memprogramkan berbagai kegiatan literasi di desa, di pelosok-pelosok yang menjadi wilayah 3T ini," ujar Andi.

"Dan memang ini sudah sejalan dengan seperti apa kondisi karakteristik Maluku ya. Karena Maluku ini memang sebagian besar wilayahnya adalah wilayah 3T. Karena ada 6 dari 9 kabupaten itu masih tergolong wilayah tertinggal," sambungnya.

Tim literasi keuangan OJK sambangi pelosokFoto: Dea Duta Aulia

Andi pun mengakui untuk melakukan edukasi keuangan berbagai daerah 3T di wilayah Maluku bukan perkara mudah. Pasalnya ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi oleh tim literasi keuangan OJK, salah satunya kondisi geografis.

Menurutnya, kondisi geografis yang cukup menantang dan cuaca tidak menentu menjadi tantangan tersendiri.

Dia mencontohkan untuk melakukan edukasi dari Pulau Geser, Seram Bagian Timur, tim literasi keuangan OJK harus menempuh jalur darat dan laut kurang lebih sekitar 18-20 jam. Bahkan di sepanjang perjalanan kerap ditemukan titik longsor yang cukup membahayakan pengguna jalan.

Andi mengatakan infrastruktur telekomunikasi juga memberikan tantangan tersendiri. Pasalnya, masih ditemukan kendala sinyal telekomunikasi di sejumlah daerah 3T. Hal ini tentu membuat komunikasi antar daerah menjadi lebih sulit.

"Isu keberlanjutan menjadi sebuah tantangan tersendiri karena kondisi geografis dan termasuk infrastruktur yang memang memiliki tantangan tersendiri di Provinsi Maluku," jelasnya.

Siapkan Strategi agar Literasi Keuangan Berjalan Efektif

Andi menambahkan pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah strategi agar proses literasi keuangan bisa berjalan dengan baik. Salah satunya dengan menentukan segmentasi peserta yang bakal diedukasi.

Dia mengatakan setidaknya ada sejumlah segmen prioritas untuk dilakukan edukasi. Adapun segmen tersebut mencakup UMKM, perempuan, guru, pelajar, disabilitas, hingga ASN. Tak hanya itu, pihaknya juga turut menggandeng sejumlah tokoh masyarakat hingga agama agar proses edukasi literasi keuangan bisa berjalan secara berkelanjutan.

"Memang kalau di wilayah Maluku ini segmentasi pelaku usaha mikro kecil khususnya di sektor-sektor unggulan seperti perikanan, perkebunan, pertanian, itu cukup dominan. Termasuk juga kelompok rentan yang lain seperti perempuan, disabilitas, guru, pelajar, termasuk ASN. Nah, secara komunitas dan juga wilayah, khususnya 3T ini menjadi salah satu sasaran kita," jelasnya.

Andi menjelaskan OJK juga turut menggandeng industri jasa keuangan untuk melakukan edukasi secara bersama-sama. Secara angka, dia mengatakan OJK bersama industri jasa keuangan telah melakukan edukasi sebanyak 325 kegiatan di bulan Januari sampai Juni 2025.

"Dari jumlah 352 kegiatan dari Januari sampai Juni itu telah menjangkau 85 ribu penduduk masyarakat di Provinsi Maluku," tutupnya.


(anl/ega)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |