REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menyatakan akan mengevaluasi detail tata ruang di daerah-daerah terdampak banjir bandang di Sumatera. Dia mengakui, penyimpangan tata ruang turut berperan dalam memicu banjir di sana.
"Kalau tahap tanggap darurat sudah selesai, kami pasti akan melakukan evaluasi tata ruang. Sama halnya dengan dulu ketika banjir di Jakarta, kami langsung cepat konsolidasi dengan Jawa Barat, Banten, dan DKI untuk review RT/RW semuanya," kata Nusron saat diwawancara di Muladi Dome Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/12/2025).
Dia menambahkan, pihaknya juga akan meninjau rencana detail tata ruang (RDTR) dari daerah-daerah terdampak banjir di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. "Termasuk review RDTR; mana yang tidak sesuai dengan pola ruangnya, kita ubah supaya sesuai dengan pola ruang," ujarnya.
Saat ditanya soal dugaan pembalakan liar yang memicu banjir Sumatera, Nusron enggan berkomentar. "Saya tidak mau komentar dulu. Karena kalau saya (selaku) pemerintah itu tidak mau menduga-duga. Yang penting faktualnya dulu dan saya pelajari dulu," kata Nusron.
Saat menjadi pembicara dalam acara "Indonesia Punya Kamu" yang digelar di Muladi Dome Universitas Diponegoro pada Selasa, Nusron mengakui adanya penyimpangan tata ruang yang berperan dalam memicu bencana banjir bandang di Sumatra. Terkait hal itu, dia menyinggung tentang pembabatan hutan.
Dalam paparannya, Nusron menerangkan soal Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dia mengatakan, salah satu Asta Cita adalah mewujudkan ketahanan energi.
Menurut Nusron, Indonesia tidak akan bisa mandiri dan berswasembada di bidang energi jika masih mengandalkan energi fosil. Dia menilai, Indonesia memang harus mulai beralih dan mengembangkan energi hijau atau terbarukan.
"Kalau bicara energi hijau, maka sumber utamanya adalah tanaman. Bisa etanol dari tebu, etanol dari singkong, bisa biofuel dari kelapa sawit. Dan itu juga membutuhkan lahan. Lebih-lebih untuk tanaman energi ini, biasanya lahan yang disasar adalah hutan," ucap Nusron.
Dia menilai, ketika hutan dibabat tanpa kajian tata ruang yang baik, bencana alam tak bisa dihindari. "Ketika hutannya disasar, kemudian hutannya dilepaskan, hutannya kemudian dibabat dengan tidak disertai dengan ekosistem tata ruang yang baik, maka yang terjadi hari ini adalah banjir di mana-mana," katanya.
"Banjir di Sumatera Barat, banjir di Sumatera Utara, banjir di Aceh, ini adalah salah satu bentuk bagaimana pola ruang yang tidak sesuai dipaksakan secara ilegal oleh pelaku-pelaku industri," tambah Nusron.
Menurut Nusron, terkait banjir yang saat ini melanda Sumatera, dibutuhkan konsep ketegasan tata ruang yang berkesinambungan. Dia mengakui, lembaganya menjadi pihak yang harus terlibat dalam pembenahan tersebut. "Kementerian ini (ATR/BPN) berkewajiban untuk mengatur ini secara seimbang, adil, dan transparan," ujarnya.
Menurut data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Selasa (2/12/2025) siang, korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, serta Sumatera Utara telah mencapai 659 jiwa. Sementara jumlah korban hilang berjumlah 475 orang.
.png)
34 minutes ago
1














































