Kerugian Ekonomi Banjir di Sumatra Tembus Rp 68 Triliun, Celios: Harus Ada Moratorium Tambang

37 minutes ago 1

Foto udara Jembatan Beutong Ateuh Banggalang yang putus diterjang banjir bandang di jalan lintas tengah Nagan Raya-Aceh Tengah di Desa Kuta Teugong, Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Ahad (30/11/2025). Jembatan penghubung yang merupakan akses utama dijalur lintas tengah Nagan Raya-Aceh Tengah putus total setelah diterjang banjir bandang pada Rabu (26/11) sehingga memutuskan akses transportasi warga dari seberang sungai serta tidak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Center of Economic and Law Studies (Celios) melakukan sebuah studi yang menganalisis dampak kerugian ekonomi bencana banjir yang terjadi di berbagai wilayah di Sumatera baru-baru ini. Hasil studi menunjukkan, kerugian ekonomi akibat bencana tersebut mencapai lebih dari Rp 68 triliun.

“Bencana ekologis di Sumatera periode November 2025 diproyeksi telah mengakibatkan kerugian ekonomi Rp 68,67 triliun. Angka ini mencakup kerusakan rumah penduduk, kehilangan pendapatan rumah tangga, rusaknya fasilitas infrastruktur jalan dan jembatan serta kehilangan produksi lahan pertanian yang tergenang banjir-longsor,” kata Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira dalam hasil kajian bertajuk ‘Dampak Kerugian Ekonomi Bencana Banjir Sumatera’, dikutip Selasa (2/12/2025). 

Secara spesifik, Provinsi Aceh diproyeksikan mengalami kerugian mencapai Ro 2,04 triliun, Sumatera Utara sebesar Rp 2,07 triliun, dan Sumatera Barat mencapai Rp 2,01 triliun. 

Bhima menerangkan, asumsi perhitungan kerugian ekonomi tersebut mendasarkan pada lima jenis kerugian. Yakni kerugian rumah dengan masing-masing mencapai Rp 30 juta per rumah, kerugian jembatan dengan masing-masing biaya pembangunan kembali jembatan mencapai Rp 1 miliar, kerugian pendapatan keluarga sesuai dengan pendapatan rata-rata harian masing-masing provinsi dikali dengan 20 hari kerja.

Kemudian kerugian lahan sawah dengan kehilangan mencapai Rp 6.500 per kg dengan asumsi per hektare dapat menghasilkan 7 ton. Dan perbaikan jalan per 1.000 meter mencapai Rp 100 juta. 

Celios menilai, bencana yang terjadi di Sumatera merupakan bencana ekologis yang dipicu oleh alih fungsi lahan karena deforestasi sawit dan pertambangan. Menurut survei yang dilakukan, wilayah dengan basis sektor tambang lebih berpotensi terjadi bencana ekologis dibandingkan wilayah bukan sektor tambang. 

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |