REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mengindikasikan adanya perubahan pola mobilitas wisatawan mancanegara (wisman) menuju provinsi tersebut. Hal itu terlihat dari catatan penumpang antara Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
Statistisi Ahli Madya BPS Jabar Ninik Anisah di Bandung, Senin (1/12/2025), mengungkapkan per Oktober 2025 jumlah wisman yang datang melalui Bandara Kertajati hanya 151 orang, turun 42,59 persen dibandingkan September dan merosot 82,74 persen secara tahunan. Secara kumulatif Januari–Oktober 2025, total wisman Bandara Kertajati hanya 2.717 kunjungan, anjlok 70,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan wisman Singapura masih mendominasi lewat kontribusi 30,46 persen disusul Malaysia 15,23 persen.
Ninik mengatakan penerbangan internasional di Bandara Kertajati kini tersisa satu rute saja, yakni penerbangan Scoot Airlines tujuan Singapura sebanyak dua kali per pekan.
"Penerbangan internasional kita di Kertajati hanya dua kali seminggu oleh Scoot, itu pun hanya ke Singapura," kata Ninik.
Situasi ini berbeda dengan tahun sebelumnya, ketika Kertajati masih melayani rute ke Malaysia. Penurunan jumlah rute ini disebut BPS menjadi salah satu faktor merosotnya jumlah wisatawan mancanegara yang langsung masuk ke Jawa Barat melalui bandara tersebut.
Tren sebaliknya, diungkapkan Ninik, terjadi pada Kereta Cepat Whoosh, di mana tercatat 160.648 kedatangan warga negara asing melalui Stasiun Padalarang, Tegalluar, dan Karawang sepanjang Januari–Oktober 2025.
Angka tersebut melonjak 48,81 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Khusus Oktober 2025, tercatat 16.431 kedatangan WNA yang naik 20,33 persen secara tahunan, dengan Stasiun Padalarang menyumbang 86,31 persen dari total kedatangan.
"Moda kereta cepat kini menjadi salah satu akses penting bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Jawa Barat," ujar Ninik.
Meski tidak secara gamblang, Ninik menduga belasan ribu turis asing yang sebelumnya masuk ke Jabar melalui jalur udara kini beralih ke Whoosh, meski data kewarganegaraan detail belum dapat dipastikan karena sistem pencatatan Whoosh baru membedakan WNI dan WNA.
"Mungkin lewatnya kereta Whoosh, ya. Tapi kita belum bisa mendeteksi orang asing itu dari negara mana karena datanya terbatas. Hanya WNI dan WNA saja," ujarnya.
Ia juga mengungkap BPS menilai pergeseran pola mobilitas ini sebagai indikasi bahwa infrastruktur transportasi baru seperti Whoosh mulai mengubah arus perjalanan internasional ke Jawa Barat, di mana Padalarang menjadi titik kedatangan terbanyak, sementara Stasiun Karawang didominasi pekerja asing.
Adapun bandara, terutama BIJB Kertajati, masih bergantung pada keberlanjutan dan diversifikasi rute internasional.
sumber : Antara
.png)
18 minutes ago
1















































