Harga Minyak Melonjak usai Trump Ancam Sanksi bagi Pembeli Minyak Iran

1 week ago 24

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder kepada negara mana pun yang membeli minyak atau produk petrokimia Iran.

 Freepik)

Harga Minyak Melonjak usai Trump Ancam Sanksi bagi Pembeli Minyak Iran. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah dunia melonjak pada Kamis (1/5/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder kepada negara mana pun yang membeli minyak atau produk petrokimia dari Iran.

Kontrak berjangka (futures) minyak WTI ditutup naik 1,8 persen menjadi USD59,24 per barel, sementara Brent meningkat 1,8 persen ke level USD62,13 per barel.

Trump menyatakan, semua pembelian minyak atau produk petrokimia dari Iran harus dihentikan, dan siapa pun yang melanggarnya akan langsung dikenai sanksi sekunder.

Pernyataan itu muncul setelah pembicaraan terkait program nuklir Iran yang sedianya digelar di Roma pada Sabtu mendatang ditunda. Seorang pejabat tinggi Iran mengatakan kepada Reuters bahwa penjadwalan ulang akan bergantung pada sikap AS.

"Jika pemerintahan Trump berhasil menerapkan sanksi sekunder atas pembelian minyak Iran, maka pasokan global bisa berkurang sekitar 1,5 juta barel per hari," ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.

Menurut Lipow, harga minyak yang masih rendah memberi ruang bagi pemerintahan Trump untuk menegakkan sanksi dengan lebih tegas, terlebih di saat OPEC+ tengah memproduksi jauh di atas kuota dan berniat meningkatkan produksinya.

Tiga sumber Reuters yang mengetahui pembicaraan internal OPEC+ menyebutkan bahwa beberapa anggotanya akan mengusulkan percepatan kenaikan produksi pada bulan Juni, menandai bulan kedua berturut-turut usulan peningkatan output. Delapan negara anggota OPEC+ akan bertemu pada 5 Mei untuk menentukan rencana produksi bulan berikutnya.

Sementara itu, Arab Saudi disebut mengatakan kepada sekutu dan pelaku industri bahwa mereka tidak berniat menopang harga minyak melalui pemangkasan pasokan, dan siap menghadapi periode harga rendah yang berkepanjangan.

Di sisi permintaan, ekonomi AS tercatat mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada kuartal I-2025, sebagaimana ditunjukkan data yang dirilis Rabu lalu.

Penurunan ini dipicu lonjakan impor ketika pelaku usaha berupaya menghindari kenaikan biaya akibat tarif, mencerminkan dampak buruk dari kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu.

Menurut jajak pendapat Reuters, tarif yang diberlakukan oleh Trump membuat kemungkinan ekonomi global masuk ke jurang resesi tahun ini semakin besar.

Departemen Keuangan AS telah lebih dulu menjatuhkan sanksi terhadap beberapa kilang minyak China karena membeli minyak mentah Iran, serta terhadap sejumlah perusahaan dan kapal pengangkut minyak.

Pernyataan Trump tersebut mendorong penguatan harga minyak yang sebelumnya bergerak naik-turun, seiring kekhawatiran pasar bahwa OPEC+ akan memutuskan peningkatan produksi besar lainnya dalam pertemuan Senin mendatang. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |