REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria menaruh perhatian atas banjir dan longsor yang menimpa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat baru-baru ini. Arif mengingatkan pentingnya pengelolaan lingkungan agar peristiwa serupa tak terulang.
Arif menyebut BRIN mengambil sejumlah tindakan atas banjir dan longsor Sumatera. Salah satunya melakukan penginderaan berbasis satelit untuk melihat cakupan bencana. Data itu kemudian menjadi dasar bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengambil kebijakan.
"Jadi riset kita memang tidak kita publish. Tapi riset kita, kita sampaikan ke otoritas yang berwenang," kata Arif dalam sesi wawancara khusus dengan Republika pada Senin (1/12/2025).
Berikutnya, BRIN mengirimkan teknologi Air Siap Minum (Arsinum) untuk membantu korban dalam penyediaan air konsumsi. BRIN memang menerjunkan tim gugus tugas penanggulangan bencana ke Sumatera yang diharapkan memberikan dukungan ilmiah dan teknologi.
"Di samping itu ada bantuan untuk nakes. Namun Yang berbasis pada kompetensi kita," ujar Arif.
Untuk jangka panjang, Arif menyadari pentingnya mengambil pelajaran atas banjir dan longsor di Sumatera. Arif mendorong langkah mitigasi oleh pemerintah pusat hingga daerah.
"Peristiwa ini sebuah kejadian yang harus menjadi dasar bagi kita untuk menyusun resep agar tidak terulang lagi. Nah itu kan mitigasi terhadap risiko ke depan harus kita antisipasi," ujar Arif.
Salah satu bentuk mitigasi ialah manajemen sumber daya alam. Arif mensinyalkan agar pemanfaatan sumber daya alam dilakukan secara bijak dan berhati-hati.
"Bagaimana penelitian terkait dengan soal resource management itu kan tentang pengelola lingkungan, itu kan bagaimana peran daerah dalam mengelola lingkungan, bagaimana regulasi-regulasi yang ada, bagaimana soal tata ruang. Jadi ini bahan bagi kita untuk apa namanya, saya tidak pernah bicara masa lalu saya bicara masa depan, jadi bahan pelajaran bagi kita untuk ke depan," ujar mantan rektor IPB itu.
Arif juga mendorong pemerintah memperhatikan aspirasi masyarakat lokal. Arif meyakini mereka mempunyai pengetahuan berdasarkan pengalaman turun-temurun.
"Masyarakat itu kan punya kearifan juga, masyarakat tahu mana yang merusak, tidak merusak, masyarakat tahu meskipun tidak bergelar doktor tidak bergelar master tapi practicality setiap hari dengan alam dia mampu membaca tanda tanda alam.
Sehingga Arif mengajak peneliti BRIN bersinergi dengan masyarakat lokal. Arif meyakini pengetahuan mereka soal kondisi alam harus mendapat perhatian khusus.
"Dan itulah pentingnya menghargai local knowledge, jadi pengetahuan masyarakat bersanding dengan science maka akan menjadi sumber pengetahuan yang sangat besar," ucap Arif.
.png)
17 minutes ago
1
















































